Insani Bara Perkasa merupakan salah satu tambang terbuka di Dusun Berambai
Kalimantan Timur dengan luas 23.668 hektar are dan terbagi atas beberapa blok
penambangan. Saat ini blok penambangan yang aktif yaitu Blok Mahakam dan
Blok Separi. Penelitian ini dilakukan di Blok Separi yaitu area timbunan tanah
penutup di dalam pit tambang atau dikenal dengan inpit dump (IPD) Pit 2.
Operasional pada saat ini terhenti dikarenakan lereng pada daerah tersebut
mengalami longsoran secara terus menerus selama kegiatan pembuangan tanah
penutup berlangsung. Kapasitas wilayah IPD Pit 2 yang mengalami pergerakan
tersebut diperkirakan dapat menampung lapisan tanah penutup batubara sebanyak
4 juta meter kubik material lepas. Konsekuensi longsoran pada area tersebut
berdampak besar pada operasi penambangan karena mengakibatkan terbatasnya
akses ke area yang terkena dampak dan wilayah ini belum mencapai tahap
pengembangan hingga akhir desain penambangan.
Sebagai respon atas permasalahan ini, dilakukan studi yang komprehensif. Oleh
karena itu, dilakukanlah penyelidikan mendalam menggunakan metode analisis
balik untuk mengetahui kriteria terdekat penyebab longsoran terjadi. Hipotesis
penyebab dari kejadian longsor yang terjadi pada daerah penelitian adalah
peningkatan muka airtanah. Metodologi penelitian yang diterapkan pada penelitian
ini adalah metode analisis balik menggunakan kesetimbangan batas.
Melalui analisis dengan berbagai skenario yang bertujuan untuk mengetahui
penyebab terjadinya longsor dengan menggunakan beberapa simulasi yaitu bidang
gelincir non-circular dan circular, kondisi airtanah, distribusi beban alat angkut
tambang, dan beban seismik hingga faktor keamanan (FK) ?1,0. Dengan
mempertimbangkan temuan penelitian kali ini, simulasi yang memenuhi lereng
mengalami longsoran adalah pada kondisi: (1) bidang gelincir non-circular dengan
kriteria airtanah jenuh dan penambahan beban alat angkut tambang serta kombinasi
keduanya ditambahkan dengan beban seismik. (2) bidang gelincir circular dengan
kriteria airtanah jenuh dan penambahan beban alat angkut tambang dan beban
seismik. Adapun upaya stabilisasi lereng yang disarankan adalah dengan
melakukan perubahan desain lokasi timbunan menjadi lebih landai dengan
rekomendasi geometri lereng menjadi tinggi lereng 37 m dengan sudut keseluruhan
sebesar 8° dari tinggi lereng sebelumnya yaitu 42 m dengan sudut keseluruhan
sebesar 10°.