digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Indonesia mengalami kesulitan dalam regenerasi petani muda. Dilain sisi, indonesia memiliki salah satu budaya yang memungkinkan untuk terlahirnya petani muda dikarenakan sawah yang dimiliki oleh keluarga akan dilanjutkan pada keterunannya dan dilarang untuk menjual sawah kepada luar keluarga dan luar kelompok. Budaya ini merupakan budaya minang. Dimana, hal ini ditujukan agar keluarga dan kelompoknya memiliki penghasilan dan hidupnya terjamin. Walaupun demikian, tidak menutup kemungkinan bahwa keturunannya akan merantau keluar daerahnya untuk mendapatkan pekerjaan dengan penghasilan yang tetap. Kebanyakan petani indonesia saat ini cenderung mendidik anaknya dan memberikan pendidikan kepada anaknya untuk siap bekerja diperusahaanperusahaan atau bukan dibidang pertanian. Karna pendapatan petani yang cenderung tidak tetap, sedangkan bekerja diperusahaan akan membuat anaknya memilki pendapatan yang tetap. Sehingga skill yang dimiliki oleh anak atau keturunannya ialah skill bukan untuk pertanian. Sedangkan, diindonesia masih terdapat tingkat pengangguran yang tinggi dan masih ada juga korban pemutusan hubungan kerja. Sehingga, beberapa diantaranya memilih untuk pulang kampung. Seperti yang dialami oleh salah satu petani di kampuang tangah, yang sebelumnya merantau ke batam dan akhirnya kembali kekampung halaman dikarenakan habis masa kontrak kerja. Dan saat ini melanjutkan usaha orang tuanya yaitu usahatani padi. sedangkan ilmu pengetahuan akan pertanian masih minim. Sehingga, masih membantu usaha tani padi berdasarkan arahan dari orang tua. hal ini diperlukan suatu sistem manajemen kinerja bagi petani atau pemilik lahan. Hal ini ditujukan agar pemilik lahan atau petani tua dapat memonitor serta mengevaluasi aktivitas yang dilakukan oleh calon petani muda. Dilain sisi, proses budidaya tanaman padi di kampuang tangah juga masih trandisional dan memerlukan jumlah ketersediaan petani yang banyak. Sedangkan, indonesia sendiri sedangkan mengalami kesulitan regenerasi petani muda. Proses yang masih trandisional dan keterbatasan jumlah ketersediaan petani serta ketersediaan teknologi, perlu dicari tahu terkait capaian kinerja dari para petani dan perlu menentukan apa saja yang harus menjadi peringatan bagi petani. dengan demikian, tujuan dari penelitian ini ialah merancang sebuah usulan sistem manajemen kinerja untuk usahatani padi agar dapat mengetahui capaian kinerja petani dan mengetahui apa saja yang perlu dilakukan peningkatan pada masa tanam selanjutnya. Metode kombinasi digunakan dalam penelitian ini, diawali dengan penggunaan metode kualitatif digunakan untuk menentukan pendekatan merancangan sistem manajemen kinerja, menentukan variabel kinerja dan mathematikal formulasi serta untuk mengetahui tingkat kepentingan masing-masing variabel kinerja dengan melakukan wawancara Analytical Hierarchy Process (AHP) pada 30 petani. Dan metode kuantitaif digunakan untuk mengetahui capaian kinerja petani dengan menyebarkan kuesioner pada petani kampuang tangah dan meraih 60 responden dalam penelitian ini. Kemudian data dianalisis secara deskriptif untuk bisa menggambarkan capaian kinerja petani. Hasil temuan dalam penelitian ini, menemukan bahwa terdapat 24 variabel kinerja diantaranya 7 variabel kinerja pada aspek kapabilitas sumber daya, 12 variabel kinerja pada aspek internal process, dan 5 variabel kinerja pada aspek output organisasi. Sedangkan, ditemukan terdapat 9 variabel kinerja yang berada di kategori kuning. Pada aspek kapabilitas sumber daya, variabel kinerja yang masih berwarna kuning diantanya ketersediaan petani dengan tingkat kepentingan tertinggi pada aspek kapabilitas sumber daya (26%), ketersediaan teknologi (22%), keandalan teknologi (19%), dan pelatihan (19%). Pada aspek proses internal terdapat 2 variabel kinerja yang dalam kategori kuning yaitu jarak tanam (13%) dan umur benih (10%). Pada aspek output organisasi, variabel kinerja yang masuk kategori kuning diantaranya hasil panen (25%), keuntungan (24%), Pengeluaran (15%), dan produktivitas padi (5%). Untuk mendorong petani indonesia memiliki kemampuan manajemen usaha tani padi yang baik, diharapkan temuan dalam penelitian ini dapat memberikan manfaat melalui pengetahuan teoritis terkait rancangan sistem manajemen kinerja untuk petani. selain itu, temuan penelitian ini juga dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan pemerintah dalam membantu penyebaran alsintan dan programprogram pelatihan untuk mendorong budidaya yang efektif dan moderen. Dan juga, bisa menjadi bahan pertimbangan pada calon pembisnis dalam memberikan jasa penyewaan mesin. Selain itu, penelitian ini juga menyarankan untuk peneyelidikan lebih lanjut, seperti memperkaya variabel-variabel kinerja yang belum masuk dalam penelitian ini (cara tanam benih langsung), perancangan sistem manajemen kinerja selain padi seperti jagung, kacang, ubi. Dan juga, mengembangkan rancangan sistem manajemen kinerja ini dalam bentuk aplikasi.