digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

COVER Mugna Drajat
PUBLIC Roosalina Vanina Viyazza

Perubahan supply chain akibat perkembangan online shop dan penjualan omnichannel membuat perusahaan logistik harus terus mengembangkan portofolio servicenya. Sumberdaya yang terbatas membuat RPX sebagai penyedia layanan one stop logistik melakukan kolaborasi strategis dengan partner menggunakan integrasi teknologi untuk menambah portofolio service perusahaan. Permasalahan muncul ketika request project untuk integrasi dan kolaborasi meningkat, sedangkan sumber daya manusia perusahaan terbatas sehingga dokumentasi project terpaksa dikesampingkan dan memprioritaskan penyelesaian project. Di sisi lain beberapa tahun kedepan karyawan kunci perusahaan akan mulai memasuki masa pensiun. hal ini memunculkan kehawatiran terjadinya knowledge loss di perusahaan. Studi ini bertujuan untuk mengetahui tingkat kematangan management pengetahuan, mengetahui kondisi management practice saat ini serta opportunity for improvement, dan mengusulkan inovasi knowledge management yang bisa dilakukan untuk meningkatkan KM Maturity level ITD RPX. Berdasarkan review literatur tentang manajemen pengetahuan dan teori tentang tingkat kematangan manajemen pengetahuan, penelitian dilakukan menggunakan pendekatan kuantitatif dan kualitatif. survei telah dilakukan menggunakan APO KM Maturity assesment dengan karyawan ITD sebagai responden. survei berisi 42 pertanyaan yang terdiri dari 7 kategori dan masing-masing pertanyaan bernilai 1-5 sehingga score maksimal adalah 210. Wawancara juga dilakukan kepada pemangku kepentingan kunci untuk mendapatkan informasi lebih detail dan dalam tentang penerapan manajemen pengetahuan di perusahaan. Penelitian ini menunjukan tingkat kematangan manajemen pengetahuan ITD RPX berada pada tingkat ekspansi dengan total nilai 130.62. Artinya perusahaan sudah menerapkan KM tetapi masih belum di semua bagian. kategori orang, pembelajaran dan inovasi, proses pembelajaran, hasil KM, dan kepemimpinan mendapat nilai dibawah rata-rata sedangkan teknologi dan proses berada diatas rata-rata. Hal ini menunjukan infrastruktur sistem KM sudah tersedia hanya praktik-praktik manajemen pengetahuan masih rendah, budaya pembelajar dan berbagi pengetahuan masih rendah, dan kurangnya dukungan dari manajemen puncak. Hasil dari research ini menujukan dukungan dari manajemen dan mendirikan bagian yang khusus bertugas menangani manajemen pengetahuan menjadi hal krusial dan pondasi bagi berjalannya praktik KM di perusahaan. Dengan adanya dua pilar tersebut, program inovasi management pembelajaran seperti pemetaan pengetahuan, tinjauan setelah tindakan, portal pengetahuan, dan komunitas praktik bisa dilakukan.