Permintaan minyak dunia terus meningkat dan diprediksi naik sebesar 3,2 juta barel per hari dari kuartal
pertama 2022 hingga kuartal keempat 2023, menghasilkan pertumbuhan rata-rata sebesar 2 juta barel
per hari untuk 2023. Namun sebaliknya, pasokan minyak dan stok produksi telah berkurang rata-rata
sebesar 1,4 juta barel per hari pada paruh kedua 2023. Sementara itu, di tingkat domestik, Indonesia
telah mengalami defisit minyak sejak 2004, di mana tingkat konsumsi dan permintaan melebihi produksi
minyak nasional yang khusus ditujukan untuk konsumsi dalam negeri. Dengan permintaan dan
konsumsi minyak yang lebih tinggi, pemerintah Republik Indonesia terpaksa terus meningkatkan impor
minyak dan bahan bakar untuk mendukung pertumbuhan ekonomi yang pesat saat ini. Sebaliknya, tren
produksi minyak nasional mengalami penurunan secara alami dalam dari blok minyak dan gas yang
sudah tua, dengan penurunan tahunan rata-rata mencapai 2,3 persen.
PT Pertamina Hulu Rokan (PHR) sebagai salah satu anak perusahaan dari Subholding Upstream
Pertamina, telah ditugaskan sebagai operator utama untuk pengelolaan Wilayah Kerja Rokan (WK)
sejak 9 Agustus 2021 untuk jangka waktu 20 tahun hingga 8 Agustus 2041. Saat ini, Blok Rokan
menghasilkan sekitar 164 ribu barel minyak per hari (MBOPD), sekitar 30% dari total produksi
Subholding Upstream atau sekitar 26% dari total produksi minyak nasional. Selain itu, blok ini juga
menghasilkan sekitar 33 juta kaki kubik standar per hari (MMSCFD) gas. Produksi ini didukung oleh
lebih dari 11.000 sumur produksi aktif, dengan target pengeboran 500 sumur pada 2022 dan 600 sumur
pada 2023. Oleh karena itu, dengan penurunan alami cadangan di Blok Rokan, hal ini menimbulkan
tantangan besar bagi WK Rokan untuk terus beroperasi dan menghasilkan serta menjaga tingkat
efisiensi ekonomi yang cukup tinggi tanpa mengabaikan Tingkat keselamatan operasional dan
perlindungan lingkungan.
Lapangan Nessa, sebagai salah satu kontributor utama di WK Rokan dalam produksi minyak, dikenal
sebagai salah satu operasi Steamflood terbesar di dunia, ditemukan pada 1941 dan memulai produksi
pada 1955. Lapangan ini memiliki sekitar 6.100 sumur produksi aktif dan 870 sumur injeksi aktif,
dengan produksi kumulatif saat ini mencapai sekitar 2.800 MMBO dan recovery factor (RF) sebesar
55,1%. Lapangan ini juga diharapkan terus mempertahankan atau bahkan meningkatkan produksinya
untuk memberikan dukungan terbaik bagi operasi keseluruhan WK Rokan dan mencapai target produksi
yang ditetapkan oleh Pertamina Persero dalam mendukung program Pemerintah Indonesia untuk
mencapai produksi minyak 1 juta barel per hari pada tahun 2030. Untuk mendukung tujuan tersebut,
diperlukan upaya membuat alternatif pengembangan lapangan yang efektif dan berharga dengan
menggunakan manajemen proyek yang baik dan analisis investasi proyek yang mampu memberikan
proses pengembangan sumur yang singkat dengan nilai investasi yang sangat ekonomis serta dapat
memberikan kontribusi produksi minyak dan menghasilkan pendapatan yang baik untuk perusahaan.
Untuk mendukung upaya pengembangan dan optimasi lapangan di Lapangan Nessa, diharapkan tim
proyek dapat fokus kepada tujuan penelitian melalui metodologi Lean Sigma-DMAIC dan
dikombinasikan dengan analisis pemangku kepentingan sehingga dapat memberikan alternatif
pengembangan lapangan dan solusi terbaik yang difokuskan pada identifikasi solusi terbaik untuk
pengembangan lapangan, mengembangkan proses penyaringan kandidat sumur baru yang sistematis dan
mampu memberikan sumur berkualitas tinggi dalam hal kinerja produksi dan profitabilitas ekonomi,
mengidentifikasi peluang untuk mengembangkan proses pematangan proyek yang terorganisir, optimal,
efektif, dan efisien yang akan mengurangi durasi pematangan proyek, dan mengidentifikasi manajemen
proyek yang terstruktur dengan baik secara ekonomi maupun risiko, untuk membantu pemangku
kepentingan dalam membuat keputusan investasi.
Sejalan dengan tujuan dan maksud perusahaan, tim proyek telah berhasil mengembangkan peningkatan
kinerja proyek melalui analisis pematangan sumur kandidat di Lapangan Nessa. Tidak hanya bertujuan
untuk menganalisis dan mengidentifikasi peluang yang dapat mendukung tujuan proyek, tetapi juga
mampu memberikan strategi pengembangan lapangan yang lebih efektif dan memberikan angka-angka
ekonomi serta pendapatan WK Rokan baik jangka pendek maupun jangka panjang hingga akhir kontrak
pada 2041. Sebagai hasil dari upaya tersebut, proses pematangan proyek yang lebih singkat (dari 9-12
bulan menjadi 5-6 bulan) dan kinerja proyek yang lebih tinggi (rasio keberhasilan dari 90% menjadi
190%) telah dikembangkan dan diterapkan dalam mengembangkan dan mengoptimalkan sumber daya
di Lapangan Nessa.