Pengembangan sistem nanokarier berbasis polimerik nanopartikel dengan tujuan penghantaran senyawa hidrofob ke dalam darah dalam waktu yang lama menjadi suatu tantangan tersendiri. Adanya sistem retikuloendotelial yang dapat mengenali sistem nanokarier tersebut membuat keberadaannya di dalam darah cepat menghilang sehingga penghantaran menjadi tidak efektif. PLGA merupakan polimer biodegradabel yang umum digunakan sebagai matriks nanopartikel untuk dapat menjerat senyawa-senyawa tersebut. Dikarenakan sifat permukaannya yang hidrofob dan bobot molekulnya yang besar, permukaan nanopartikel PLGA mampu dikenali oleh opsonin yang kemudian dapat berakibat pada fagositosis oleh sel-sel makrofag. Untuk menghindari pengenalan permukaan nanopartikel PLGA oleh opsonin, digunakan polimer hidrofil yang dapat membentuk sistem misel dan melindungi permukaan nanopartikel PLGA tersebut. Poloxamer merupakan blok ko-polimer dari PEO-PPO-PEO yang dapat digunakan untuk tujuan tersebut. Diatas KMK-nya, blok PPO (hidrofob) dapat teradsorpsi ke dalam permukaan PLGA, sedangkan blok PEO (hidrofil) akan terorientasi ke dalam lingkungan luar dan dapat menstabiliasi permukaan nanopartikel PLGA melalui rintangan sterik. Penelitian ini bertujuan untuk menguji biodistribusi dan farmakokinetik dari formula nanopartikel PLGA-poloxamer yang telah dikembangkan sebelumnya untuk melihat profil distribusinya di dalam tubuh terutama dalam darah dan organ retikuloendotelial, seperti hati dan limpa. Sebelum pengujian, dilakukan penandaan terhadap poloxamer termodifikasi dengan iodium-131 menggunakan metode kloramin T. Pembuatan nanopartikel PLGA dilakukan dengan metode emulsifikasi-difusi menggunakan poloxamer yang berhasil ditandai dan memenuhi syarat kemurnian radiokimia. Kemudian nanopartikel PLGA-poloxamer dikarakterisasi dengan menggunakan Photon Correlation Spectroscopy untuk ukuran partikel dan indeks polidispersitas dan Electrophoretic Light Scattering untuk potensial zeta. Uji stabilitas ikatan poloxamer dengan iodium-131 dalam nanopartikel dilakukan dengan menginkubasinya dalam serum dan salin pada suhu 370C. Hasil penelitian menunjukkan bahwa poloxamer berhasil ditandai dengan iodium-131 menggunakan metode kloramin T dengan persen penandaan berkisar 45% dan kemurnian radiokimia diatas 90%. Nanopartikel PLGA yang dibentuk dengan kandungan poloxamer 2% (NP 2%) mempunyai rentang ukuran partikel berkisar antara 100-150 nm dengan indeks polidispersitas ± 0,3 dan potensial zeta kurang dari -20 mV. Untuk nanopartikel PLGA yang dibentuk dengan kandungan poloxamer 3% (NP 3%) memiliki indeks polidispersitas dan potensial zeta yang sama dengan NP 2%, namun rentang ukuran partikel berkisar antara 180250 nm. Dalam studi farmakokinetik, NP 2% dan 3% tidak menunjukkan profil long circulating. NP 3% memiliki nilai AUC lebih besar dibandingkan dengan NP 2% (p>0,05) dan polimer poloxamer (p<0,05). NP 3% memiliki nilai klirens lebih kecil dibandingkan dengan NP 2% dan polimer poloxamer (p<0,05). Dalam studi biodistribusi, polimer poloxamer, NP 2%, dan NP 3% memiliki profil biodistribusi yang mirip, dimana nanopartikel dan polimer poloxamer terdistribusi pada organ otot, tulang, lambung, ginjal, dan hati dibandingkan dalam organ limpa, jantung, paru-paru, otak, dan kandung kemih. Secara umum, baik pada NP 2% dan 3%, terdistribusi rendah di dalam hati (<5% ID) dan limpa (