digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Bawang tiwai (Eleutherine palmifolia (L.) Merr.) mengandung senyawa yang memiliki efek antimikroba, antifungal, antiviral dan antiparasitik. Saat ini, bawang tiwai mulai dikembangkan sebagai pengawet pada makanan karena merupakan antimikroba yang baik melawan bakteri patogen dan Organisme yang menyebabkan kerusakan makanan. Namun, penelitian menyebutkan konsumsi bawang tiwai dalam jangka panjang akan menyebabkan fibrosis, inflamasi dan nekrosis pada hati mencit. Tujuan penelitian ini adalah untuk menentukan aktivitas antimikroba dan toksisitas dari ekstrak bawang tiwai serta fraksifraksinya dengan menggunakan embrio ikan zebra (Danio rerio) yang memiliki kemiripan dengan mamalia dari segi kesuburan, morfologi serta fisiologisnya. Ekstrak etanol, fraksi air, fraksi etil asetat dan fraksi n-heksana diuji aktivitas mikrobanya dengan menggunakan Staphylococcus aureus, Escherichia coli dan Candida albicans. Aktivitas antimikroba ektrak etanol diketahui tergolong lemah terhadap S. aureus, fraksi n-heksana tergolong sedang terhadap S. aureus dan tergolong lemah terhadap C Albicans, serta fraksi etil asetat tergolong lemah terhadap S. Aureus. Ekstrak etanol, menghasilkan zona hambat terhadap S. aureus dan E. coli sebesar 14,5±0,07 mm dan 5,35±0,01 mm. Fraksi etil asetat menghasilkan zona hambat terhadap S. aureus sebesar 14,2±0,01 mm dan fraksi n-heksana menghasilkan zona hambat terhadap seluruh mikroba uji, sebesar 17,7±0,39 mm terhadap S. aureus, 6,1 mm terhadap E. coli dan 14,4±0,44 mm terhadap C. albicans. Fraksi etil asetat diketahui mengandung golongan senyawa flavonoid dan fraksi n-heksana mengandung golongan senyawa kuinon dan fenol. Ekstrak dan fraksi kemudian diuji toksisitasnya dengan menggunakan embrio ikan zebra. Ektrak dan fraksi-fraksi yang diujikan diketahui tergolong toksik. Ekstrak etanol dan fraksi etil asetat diketahui memiliki LC50 5,59 mg/L dan 3,91 mg/L dalam waktu 96 jam, sedangkan fraksi n-heksana memiliki LC50 terendah yaitu 3,17 mg/L dalam waktu 48 jam.