digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

ABSTRAK: Pedagang kaki lima merupakan kegiatan urban yang perkembangannya sangat fenomenal karena keberadaannya semakin mendominasi ruang kota. Kegiatan ini dipahami sebagai kegiatan yang belum terwadahi, sehingga ruang publik menjadi satu-satunya tempat untuk melakukan kegiatan tersebut. Penggunaan ruang publik telah menjadi suatu karakteristik yang identik dengan eksistensi pedagang kaki lima. Kesulitan dalam menangani pedagang kaki lima dipengaruhi oleh sangat banyak aspek, yang membuat penataan itu sendiri menjadi suatu masalah yang sangat kompleks. Problematik dalam penataan fisik pedagang kaki lima adalah bahwa jumlah mereka sangat banyak dan memerlukan ruang yang cukup besar untuk kegiatannya. Ruang yang besar itu harus berada di ruang publik atau tempat keramaian karena tempat itulah yang mendatangkan keuntungan. Tetapi ruang publik juga digunakan oleh kelompok pengguna yang lain, yang juga memerlukan ruang untuk kegiatan mereka di ruang publik, sehingga munculah konflik antara kelompok pengguna ruang terbuka publik tersebut. Penelitian yang dilakukan dalam thesis ini tidak dimaksudkan untuk mencari bagaimana cara menampung pedagang kaki lima yang sedemikian besar jumlahnya itu di ruang publik, melainkan lebih kepada mengetahui bagaimana konflik yang terjadi antara kelompok pengguna ruang publik dapat dipahami dan diantisipasi, sehingga penggunaan ruang terbuka publik dapat optimal, baik bagi pedagang kaki lima maupun bagi kelompok pengguna yang lain. Hal yang sangat mendasari tujuan ini adalah bahwa kegiatan perdagangan kaki lima sangat berkaitan dengan kegiatan publik dan dengan demikian pedagang kaki lima dapat menjadi salah satu unsur dari disain fisik ruang publik. Pedagang kaki lima tidak mungkin dapat dihilangkan dari kegiatan di ruang terbuka publik, terutama di kawasan komersial perdagangan, di mana mereka tidak hanya sebagai pelengkap tetapi juga sebagai unsur teatrikal kehidupan publik kota. Untuk itu dilakukan penelitian mengenai kebutuhan ruang dan karakter masing-masing kegiatan, yaitu pejalan kaki dan pedagang kaki lima. Melalui penelitian yang dilakukan dari literatur, studi banding mengenai kondisi pedagang kaki lima di dua tempat, dan juga lewat pengumpulan data lapangan, dianalisa bagaimana kedna kegiatan tersebut dengan segala kebutuhannya akan ruang dapat saling berintegrasi di ruang terbuka publik kota. Hasil analisa inilah yang kemudian mendasari konsep penataan. Secara prinsipil, konsep penataan yang diusulkan adalah menempatkan pedagang kaki ]ima di ruang yang berdampingan dengan ruang untuk kegiatan sirkulasi kawasan, yaitu pedestrian dan jalan, dengan alternatif membuat suatu ruang terbuka publik baru di mana semua kegiatan publik berlangsung, termasuk kegiatan perdagangan kaki lima, dengan tetap memprioritaskan optimalisasi ruang terbuka publik bagi sirkulasi pejalan kaki. Konsep ini diwujudkan dalam bentuk penataan yang meliputi penataan perletakan, bentuk kics, dan juga perabot urban (street furniture) yang dapat mendukung kegiatan tersebut, terutama dengan adanya pedagang kaki lima sebagai anggota resmi ruang terbuka publik. Konsep optimalisasi penataan ruang terbuka publik dalam thesis ini pada dasarnya tidak akan dapat menampung semua pedagang kaki lima yang ada sekarang. Hal ini merupakan implikasi yang perlu diperhatikan, selain juga aspek legalitas dan perlunya badan koordinasi yang akan mengatur keberadaan pedagang kaki lima di ruang terbuka publik. Konsep penataan dalam thesis ini juga memerlukan penelitian dan pembahasan yang lebih mendetail mengenai aspek-aspek politik, ekonomi, dan sosial mengenai pedagang kaki lima maupun ruang terbuka publik kota. Demikian juga jika konsep ini hendak diterapkan di tempat lain, dengan kondisi atau permasalahan yang sama maupun berbeda, diperlukan penelitian pendahuluan mengenai karakter pedagang kaki lima dan ruang terbuka publik di kawasan tersebut sehingga disain yang akan dihasilkan dapat sesuai dengan kondisi kawasan yang akan ditata.