Penggunaan Learning Management System (LMS) di lingkungan perguruan tinggi
mengalami pertumbuhan yang pesat. Dalam pengembangan LMS untuk perguruan
tinggi di Indonesia, tantangan utama adalah menciptakan desain antarmuka yang
mendukung performa dan kepuasan mahasiswa sambil mempertimbangkan
kebutuhan belajar yang beragam serta nilai-nilai budaya Indonesia untuk
menciptakan platform pembelajaran yang efektif, efisien, dan sesuai dengan budaya
lokal. Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan model kepuasan pengguna
LMS yang mempertimbangkan dimensi kognitif dan afektif, serta faktor budaya.
Dimensi kognitif-afektif yang diukur dalam model ini meliputi efisiensi, efektivitas,
classical aesthetic, expressive aesthetic, dan playfulness. Sedangkan dimensi
budaya yang diukur adalah power distance dan collectivism. Metode survei
digunakan dengan melibatkan 348 orang mahasiswa dari berbagai perguruan tinggi
di Indonesia sebagai responden. Pengumpulan data dilakukan melalui kuesioner
yang dirancang untuk mengukur persepsi mahasiswa terhadap dimensi yang telah
disebutkan. Data yang terkumpul kemudian dianalisis menggunakan teknik statistik
deskriptif dan SEM untuk mengidentifikasi hubungan antara dimensi yang diukur.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kepuasan pengguna LMS perguruan tinggi
dapat dipengaruhi oleh faktor-faktor kognitif dan afektif. Dimensi efisiensi dan
efektivitas memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kepuasan pengguna,
menunjukkan bahwa kemudahan penggunaan dan keberhasilan mencapai tujuan
pembelajaran sangat penting. Selain itu, elemen estetika klasik juga berperan dalam
membentuk kepuasan pengguna, menunjukkan bahwa antarmuka LMS yang
menarik secara visual dapat meningkatkan kepuasan pengguna. Meskipun
demikian, playfulness terbukti tidak memberikan pengaruh signifikan terhadap
kepuasan pengguna LMS dengan nilai p-value 0.172 dan nilai korelasi sebesar
0.584.
Selanjutnya, penelitian ini menunjukkan bahwa faktor budaya yaitu power distance
juga berpengaruh secara signifikan terhadap kepuasan pengguna LMS dengan nilai
p-value yaitu 0.001 dengan nilai korelasi sebesar 0.617. Mahasiswa cenderung
merasa lebih puas dengan LMS yang terstruktur dan memiliki fungsi yang akrab,
simetris, dan jelas yang mencerminkan nilai-nilai power distance dalam budaya
Indonesia. Sedangkan collectivism terbukti tidak memberikan pengaruh signifikan
pada kepuasan pengguna LMS dengan nilai p-value 0.090 dan nilai korelasi sebesar
0.394.