digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

2015 TS PP MH. ROSENO.pdf
PUBLIC yana mulyana

Tuberkulosis masih menjadi masalah di negara berkembang termasuk Indonesia. Epidemi HIV meningkatkan epidemi TB di seluruh dunia. Sekitar 60% ODHA yang terinfeksi TB akan sakit TB selama hidupnya. TB merupakan infeksi penyerta terbanyak (49%) pada orang dengan HIV/AIDS (ODHA). Pengobatan TB pada pasien TB koinfeksi HIV menjadi tantangan tersendiri karena terkait dengan kendala diagnosis dan pengobatan. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis keberhasilan pengobatan TB di Kota Bandung, dan menganalisis faktor-faktor terkait dengan keberhasilan pengobatan TB. Penelitian dilakukan dengan metode retrospektif kasus-kontrol, dengan kasus adalah penderita TB yang tidak berhasil dalam pengobatan TB, sedangkan kontrol adalah penderita TB yang berhasil (sembuh atau lengkap). Sampel diambil di Kota Bandung pada tahun 2013, dengan teknik cluster ramdom sampling. Populasi penelitian berjumlah 531 orang yang terdiri dari 85 kasus dan 446 kontrol. Sebanyak 7,7% (41) merupakan penderita TB dengan HIV positif dan 78,05% penderita (32) menggunakan OAT kategori l. Dari 338 penderita TB paru BTA positif 78,4% (265) mengalami konversi BTA pada fase intensif dan yang berhasil dalam pengobatan pada fase akhir pengobatan ada 84,0% (446), sedangkan pada TB-HIV negatif keberhasilan terapi TB terjadi pada 86,1% (422) dan pada TB-HIV positif 58,5% (24). Penderita TB dengan HIV positif cenderung 2,740 kali untuk tidak berhasil dalam pengobatan TB (p=0,039). Faktor lain yang terkait dengan keberhasilan pengobatan TB •adalah jenis kelamin (p=0,016) (yaitu wanita lebih berhasil dibandingkan pria), domisili yang memudahkan mendapatkan pengobatan (p=0,037), dan terjadinya konversi BTA pada fase intensif (p<0,001). Waktu tunggu untuk mendapatkan pelayanan (p=0,039) dan kepatuhan dalam minum obat (p=0,027) secara signifikan mempengaruhi keberhasilan pengobatan TB.