Pergeseran paradigma kebencanaan semakin merujuk pada upaya pengurangan
risiko bencana untuk mengurangi potensi dampak kerusakan dan kehilangan dari
potensi bahaya tertentu dalam kurun waktu tertentu. Upaya pengurangan risiko
bencana salah satunya ditempuh dengan kajian risiko bencana yang didukung
dengan data dan informasi kebencanaan yang mencakup (1) analisis bahaya,
sebagai data hasil identifikasi daerah rawan bencana; (2) analisis kerentanan,
sebagai data hasil identifikasi parameter kerentanan yaitu fisik, sosial, ekonomi dan
lingkungan serta (3) analisis kapasitas, sebagai data hasil identifikasi ketahanan
masyarakat, pemerintah, dan swasta dalam merespon bencana. Menurut data Data
Informasi Bencana Indonesia (DIBI) tahun 2013-2023 di Kabupaten Bandung
Barat sudah terjadi 183 kejadian tanah longsor. Data sejarah longsor menunjukkan
adanya kenaikan intensitas longsor yang terjadi dikawasan desa di Kabupaten
Bandung Barat, disetiap musim penghujan ada longsor yang terjadi. Dari data
tersebut dapat disimpulkan bahwa Kabupaten Bandung Barat adalah kabupaten
yang rawan terjadinya bencana longsor. Pada tahun 2014 wilayah Desa Cililin,
Kecamatan Cililin, Kabupaten Bandung Barat sempat mengalami bencana tanah
longsor, dimana longsor tersebut menimbun rumah yang menyebabkan satu orang
korban jiwa meninggal di tempat dan satu orang luka berat setelah petugas bekerja
selama 2 jam menyelamatkan korban. Dampak longsor satu rumah rusak berat dan
4 rumah terancam longsor sehingga penghuninya diungsikan untuk mengantisipasi
longsor susulan. Wilayah di Kecamatan Cililin saat berpotensi mengalami tanah
longsor apabila memasuki musim penghujan, karena lokasinya yang berbukit-bukit
dengan struktur tanah yang rawan bergerak apabila air tersebut menembus sampai
tanah kedap air yang berperan sebagai bidang gelincir, maka tanah menjadi licin
dan tanah pelapukan di atasnya akan bergerak mengikuti lereng dan keluar lereng
atau yang biasa disebut tanah longsor (Riyalda & Turyana, 2018). Tujuan penelitian
ini adalah mengidentifikasi risiko bencana longsor, mengidentifikasi kapasitas
masyarakat dalam menghadapi bencana dan upaya pemerintah dalam menghadapi
bencana tanah longsor di Kecamatan Cililin Kabupaten Bandung Barat. Metode
penelitian yang digunakan adalah analisis risiko, kuantitatif deskriptif dan analisisiii
konten. Adapun tahapan dalam penelitian ini yaitu dengan menganalisis risiko
bencana longsor dari peta bahaya dan kerentanan berupa kerentanan ekonomi,
kerentanan fisik, kerentanan sosial dan kerentanan lingkungan. Selanjutnya dengan
melihat kapasitas masyarakat yang berdasarkan pada kuesioner dengan kriteria
berdasarkan pada kelembagaan, peringatan dini, pendidikan kebencanan dan
pembangunan kesiapsiagaan dan tahap akhir yaitu melalui wawancara dengan
melihat upaya apa saja yang dilakukan pemerintah dalam menghadapi bencana
longsor. Berdasarkan hasil analisis risiko bencana longsor seluruh Kecamatan
Cililin yang ditinjau dari bahaya dan kerentanan (fisik, sosial, ekonomi dan
lingkungan) terlihat bahwa desa yang memiliki kategori risiko tinggi yaitu Desa
Karyamukti, Desa Nanggerang, Desa Mukapayung, Desa Karanganyar, dan Desa
Kidang pananjung. Dari hasil analisis risiko terdapat wilayah desa yang memiliki
risiko tinggi sehingga perlu adanya persiapan berupa kapasitas masyarakat.
Berdasarkan hasil analisis kapasitas di Kecamatan Cililin terkhusus pada 6 desa
yang menjadi lokasi penelitian, Desa Cililin memiliki kategori kapasitas tinggi,
kategori sedang yaitu Desa Karyamukti, Desa Mukapayung dan kategori sedang
yaitu Desa Nanggerang, Desa Rancapanggung, dan Desa Karangtanjung. Adapun
upaya yang dilakukan yakni di Kecamatan Cililin terkhusus pada 6 desa yang
menjadi lokasi penelitian, terbagi atas dua kategori yaitu kegiatan pemerintah
dalam menghadapi bencana longsor yang meliputi pelatihan, sosialisasi, simulasi,
desa tanggap bencana, jalur evakuasi dan sistem peringatan dini dan kontribusi
masyarakat yang meliputi relawan tanggap bencana dan kontribusi masyarakat
dalam mengurangi risiko bencana longsor.