ABSTRAK Ramadhana Keza Pratama
Terbatas  Irwan Sofiyan
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Irwan Sofiyan
» Gedung UPT Perpustakaan
BAB I - Ramadhana Keza Pratama.pdf
Terbatas  Irwan Sofiyan
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Irwan Sofiyan
» Gedung UPT Perpustakaan
BAB II - Ramadhana Keza Pratama.pdf
Terbatas  Irwan Sofiyan
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Irwan Sofiyan
» Gedung UPT Perpustakaan
BAB III - Ramadhana Keza Pratama.pdf
Terbatas  Irwan Sofiyan
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Irwan Sofiyan
» Gedung UPT Perpustakaan
BAB IV - Ramadhana Keza Pratama.pdf
Terbatas  Irwan Sofiyan
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Irwan Sofiyan
» Gedung UPT Perpustakaan
BAB V - Ramadhana Keza Pratama.pdf
Terbatas  Irwan Sofiyan
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Irwan Sofiyan
» Gedung UPT Perpustakaan
PUSTAKA Ramadhana Keza Pratama
Terbatas  Irwan Sofiyan
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Irwan Sofiyan
» Gedung UPT Perpustakaan
COVER - Ramadhana Keza Pratama.pdf
Terbatas  Irwan Sofiyan
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Irwan Sofiyan
» Gedung UPT Perpustakaan
Sektor industri merupakan salah satu sektor penghasil emisi CO2 terbanyak di dunia. Pada
industri semen, emisi CO2 yang dihasilkan mencapai 7% dari total emisi global. Emisi CO2
sebagai gas rumah kaca akan menyebabkan terjadinya pemanasan global. Banyak cara yang
dapat dilakukan untuk mengurangi emisi CO2 pada industri semen yaitu substitusi bahan bakar
fosil dengan bahan bakar alternatif, menaikkan efisiensi penggunaan energi, penggunaan bahan
baku baru, dan pengurangan rasio klinker. Namun, terdapat cara lain untuk mengurangi emisi
CO2 yaitu menggunakan teknologi penangkapan karbon (CCS). Salah satu bagian dari teknologi
CCS adalah teknologi siklus kalsium. Teknologi ini memanfaatkan reaksi dapat balik kalsinasi
dan karbonasi.
Pada penelitian ini dilakukan pengujian reaksi kalsinasi dan karbonasi dengan variasi
kecepatan fluidisasi. Reaksi kalsinasi adalah reaksi dekomposisi CaCO3 menjadi CaO dan CO2
sedangkan reaksi karbonasi adalah reaksi penangkapan CO2 oleh CaO dengan CaCO3 sebagai
produknya. Sementara itu, fluidisasi adalah teknik untuk membuat partikel solid berperilaku
seperti fluida akibat aliran gas. Penelitian dimulai dengan menyiapkan batu kapur pada ukuran
partikel tertentu lalu dikelompokkan ke dalam grup Geldart. Selanjutnya, dilakukan validasi
fenomena fluidisasi dengan hasil partikel Geldart B menunjukkan terjadinya bubbling
fluidization. Berdasarkan hal ini, partikel Geldart B dipilih sebagai tipe partikel untuk reaksi
kalsinasi dan karbonasi. Hasil pengujian reaksi kalsinasi menunjukkan bahwa peningkatan
kecepatan fluidisasi berhasil meningkatkan konversi CaCO3 menjadi CaO dengan nilai konversi
maksimal mencapai 100%. Untuk mempersiapkan sampel reaksi karbonasi yaitu CaO maka
dilakukan pengujian ulang reaksi kalsinasi. Setelah dilakukan pengujian, didapatkan nilai
konversi hasil pengujian ulang telah mencapai nilai 95% hingga 100%, hanya sampel Padang
yang memiliki nilai konversi 77,93%. Kemudian, dilakukan pengujian reaksi karbonasi dengan
variasi kecepatan fluidisasi dan didapatkan kesimpulan bahwa peningkatan kecepatan fluidisasi
akan meningkatkan konversi CaO menjadi CaCO3, namun mulai dari kecepatan umf4 hingga
umf8 nilai konversi CaO menjadi CaCO3 tidak lagi mengalami perubahan. Hal ini disebabkan
oleh terbentuknya lapisan pelindung karbonat pada permukaan partikel. Berdasarkan hasil
pengujian reaksi karbonasi, kemampuan serap CaO terhadap CO2 berbeda-beda untuk setiap
sumber batu kapur. Kemampuan serap tertinggi rata-rata adalah 57,80% untuk sampel Bayah,
sedangkan kemampuan serap terendah rata-rata adalah 27,95% untuk sampel Padang.
Perbedaan kemampuan serap ini diakibatkan oleh perbedaan proses geologi pembentukan batu
kapur sehingga setiap sumber batu kapur memiliki karakteristik yang berbeda-beda.