Perkembangan eksplorasi migas di area Pagardewa, Cekungan Sumatera Selatan
diawali dari penemuan struktur Kuang pada tahun 1940, diikuti beberapa
pemboran di struktur Pagardewa dan Prabumenang dengan hasil yang kurang
menggembirakan. Minimnya upaya pengembangan lapangan saat itu terkendala
oleh rendahnya harga minyak dan temuan gas yang belum mempunyai pasar,
sehingga berpengaruh besar terhadap keekonomian struktur. Setelah upaya
penambahan data dilakukan yang dilandasi membaiknya harga minyak dunia pada
awal tahun 1990an, kegiatan eksplorasi mulai aktif kembali melalui penemuan di
struktur Tasim, Karangdewa dan Pemaat yang diikuti penambahan data seismik
3D tahun 2007 untuk mengurangi risiko dan ketidakpastian bawah permukaan.
Upaya optimalisasi terhadap data-data bawah permukaan (data sumur dan
seismik) pada area ini untuk mengenali potensi sekaligus ketidakpastian terkait
rencana pengembangan diantaranya melalui analisis play, risiko dan keekonomian
sehingga didapatkan strategi pengembangan yang tepat terkait aktualisasi
peningkatan cadangan, percepatan fase penemuan ke fase produksi,
pengembangan lapangan yang terpadu serta efektivitas investasi yang telah dan
akan dilakukan.
Hasil analisis play dan risiko menunjukkan masih terbukanya potensi eksplorasi
yang didukung tingginya rasio kesuksesan pemboran mencapai rata-rata 80% serta
risiko geologi yang rendah rata-rata 48%. Berdasarkan hasil analisis keekonomian
total NPV USD 233,412,945; IRR rata-rata 80.7%; PI rata-rata 2.02 dan POT 8
tahun. Hasil decision tree menunjukkan bahwa terdapat kelompok struktur yang
mempunyai kelayakan untuk segera dikembangkan. Integrasi dari hasil analisis
yang telah dilakukan melalui plot dalam diagram jejaring menjadikan sudut
pandang portfolio komprehensif yang menjadi dasar pengambilan keputusan
terhadap strategi pengembangan lapangan sekaligus optimasi terhadap nilai
investasi yang telah dikeluarkan.