digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

COVER Tristantyo Yoga Wicaksono
PUBLIC Roosalina Vanina Viyazza

BAB 1 Tristantyo Yoga Wicaksono
PUBLIC Roosalina Vanina Viyazza

BAB 2 Tristantyo Yoga Wicaksono
PUBLIC Roosalina Vanina Viyazza

BAB 3 Tristantyo Yoga Wicaksono
PUBLIC Roosalina Vanina Viyazza

BAB 4 Tristantyo Yoga Wicaksono
PUBLIC Roosalina Vanina Viyazza

PUSTAKA Tristantyo Yoga Wicaksono
PUBLIC Roosalina Vanina Viyazza

Dengan penandatanganan Paris Agreement pada tahun 2015, negara-negara berjanji untuk mengurangi emisi gas rumah kaca untuk mencegah dan mengurangi pemanasan global. Paris Agreement berbeda dari yang perjanjian lainnya karena perusahaan-perusahaan, atau aktor non-negara, juga sangat mendukung kesepakatan ini. Sektor bisnis akan memainkan peran utama demi menyukseskan perjanjian ini. Pemerintah Indonesia telah menunjukkan komitmennya untuk mendukung kesepakatan ini dengan menandatangani dan meratifikasi Paris Agreement 2015 melalui UU No. 16 Tahun 2016. Pemerintah Indonesia menetapkan beberapa strategi untuk mencapai emisi nol bersih pada tahun 2060, salah satunya dengan mendorong pemanfaatan kendaraan listrik. Sektor transportasi yang sangat bergantung pada bahan bakar fosil, memiliki porsi terbesar dari penggunaan energi di Indonesia dan hal ini diproyeksikan akan mencapai hampir 2,5 kali konsumsi energi saat ini pada tahun 2050. Indonesia, telah menunjukkan ketertarikannya untuk mengurangi ketergantungan pada bahan bakar fosil dan ingin beralih ke kendaraan listrik. Untuk mendorong perkembangan industri Kendaraan Listrik (EV) di Indonesia, pemerintah telah mengambil beberapa inisiatif dengan mengeluarkan kebijakan dan insentif yang mendukung. OJOL adalah perusahaan teknologi yang menawarkan berbagai layanan termasuk layanan ride-hailing. OJOL telah berkomitmen untuk mengelola dan mengurangi jejak karbonnya dengan meluncurkan Program Pengimbangan Karbon yang salah satu isinya adalah dengan mentransisikan armadanya ke EV sebagai strategi untuk mengurangi jejak karbon. Namun, sejak diluncurkan, pelaksanaan program berjalan lambat. Selain kemampuan internal OJOL, keberhasilan program ini juga sangat bergantung pada faktor eksternal. Untuk menentukan strategi bisnis, akar penyebab perlu diidentifikasi terlebih dahulu. Kemudian kondisi bisnis akan dianalisis secara internal dan eksternal untuk mengetahui kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman yang dimiliki OJOL. Selanjutnya, poin-poin yang ditentukan dari analisis kondisi bisnis akan digunakan sebagai dasar untuk menyusun rencana strategis guna mengatasi permasalahan yang dihadapi OJOL.