digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Tujuan dari penelitian ini adalah menganalisis variabel uang elektronik terhadap perputaran uang di negara-negara ASEAN-5 selama tahun 2010 hingga tahun 2014. Penulis fokus pada negara-negara ASEAN-5 yaitu Indonesia, Malaysia, Thailand, Singapura, dan Pilipina karena negara-negara tersebut memiliki pertumbuhan ekonomi yang stabil dan telah menjadi inspirasi bagi negara-negara ASEAN lainnya menurut sebuah publikasi yang diterbitkan oleh Finance and Development Magazine of the International Monetary Fund pada tahun 2006. Negaranegara ASEAN-5 juga dilaporkan mencapai produk domestik bruto tertinggi di negara ASEAN pada tahun 2014. Penulis memilih periode 2010 hingga 2014 dikarenakan uang elektronik merupakan merupakan hal baru dalam sistem pembayaran di ASEAN dan data statistik penggunaan uang elektronik di negara-negara ASEAN-5 dimulai sejak tahun 2010 hingga sekarang. Penelitian ini menggunakan data bulanan. Variabel yang diamati adalah uang elektronik (dalam volume transaksi), produk domestik bruto dan jumlah uang beredar (dalam mata uang) yang sebelumnya telah dikonversikan menjadi mata uang amerika serikat (US Dollar). Dalam menganalisis hubungan antar variabel-variabel tersebut, metode yang digunakan adalah data panel dengan melakukan uji asumsi klasik dan goodness of fit. Hasil dari penelitian ini menunjukan bahwa volume transaksi uang elektronik di negara-negara ASEAN-5 meningkat, sedangkan kecepatan perputaran uang menurun. Produk domestik bruto, jumlah uang beredar, dan perputaran uang memiliki hubungan positif dan signifikan terhadap uang elektronik sebesar 0.34%, 0.10%, and 0.49%. Uji koefisien determinasi (R2 ) menunjukan bahwa 98.41% dari variabel transaksi uang elektronik dapat dijelaskan dengan variabel-variabel independen (produk domestik bruto, jumlah uang beredar, dan perputaran uang). Dengan adanya volume transaksi uang elektronik yang meningkat, tinggi nya perkembangan instrument non-tunai, dan adanya hubungan positif yang signifikan pada variabel dependen terhadap variabel-variabel independen di negara-negara ASEAN-5 termasuk Indonesia, masyarakat dianggap relatif siap memasuki era masyarakat non-tunai (cashless society).