digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Pada bulan Agustus 2014, Bank Indonesia meluncurkan Gerakan Nasional Non Tunai (GNNT) untuk meningkatkan kesadaran masyarakat dalam menggunakan alat pembayaran non-tunai demi mewujudkan Less Cash Society. Dari 250 juta orang di Indonesia, hanya 30% yang memiliki rekening bank. Angka ini lebih rendah dibandingkan dengan penetrasi telepon seluler yang mencapai 123,1% pada tahun 2014. Melihat hal ini, Telkomsel meluncurkan T-Cash, layanan mobile money yang memungkinkan penggunanya untuk melakukan transaksi keuangan melalui ponsel. Namun dalam pelaksanaannya, mobile money di Indonesia masih memiliki beberapa masalah, termasuk rendahnya pertumbuhan transaksi, rendahnya kesadaran, dan persaingan ketat dengan pelaku e-money lainnya. Penelitian ini dilakukan untuk memahami lingkungan bisnis T-Cash di Indonesia dan untuk mengembangkan strategi bisnis dan pemasaran untuk T-Cash Tap dengan tujuan meningkatkan jumlah penggunanya. Pendekatan kualitatif digunakan dalam penelitian ini dengan melakukan wawancara dengan para pelaku mobile money dan konsultan e-money serta survei pelanggan. Selain itu, data sekunder juga digunakan untuk mendukung analisis yang diperoleh dari laporan perusahaan serta jurnal dan artikel tentang mobile money. Mengikuti proses strategi manajemen, pemindaian lingkungan dilakukan sebelum merumuskan strategi bisnis menggunakan Porter's Generic Competitive Strategies dan blue ocean strategy serta strategi pemasaran menggunakan STP dan marketing mix berdasarkan hasil survei pelanggan. Lima metode digunakan untuk pemindaian lingkungan, yaitu General Environment Analysis, Industry Analysis, dan Competitor Analysis untuk lingkungan eksternal serta Resource Analysis dan Value Chain Analysis untuk lingkungan internal perusahaan. Berdasarkan hasil pemindaian lingkungan, faktor politik dan sosial-budaya belum sepenuhnya mendukung pengembangan mobile money sedangkan faktor ekonomi dan teknologi merupakan faktor kontributif bagi pertumbuhan industri. Telkomsel saat ini mengarahkan perusahaan terhadap gaya hidup digital dan T-Cash merupakan layanan bernilai tambah perusahaan yang mendukung gerakan ini. Dengan sumber daya yang handal, perusahaan mampu menjalankan bisnis T-Cash yang ditekankan pada pemasaran dan penjualan. Oleh karena daya tarik industri e-money yang relatif rendah, Telkomsel diharapkan dapat menawarkan produk yang unik dan inovatif dibandingkan kompetitor. Oleh karena itu, strategi bisnis yang cocok diterapkan untuk T-Cash Tap berdasarkan Porter's Generic Competitive Strategies adalah diferensiasi yang menggabungkan keunikan dengan target pasar yang luas. Pemanfaatan teknologi NFC untuk T-Cash Tap merupakan keunikan yang membedakan T-Cash dengan layanan e-money lainnya. Oleh karena keterbatasan yang berlaku, T-Cash Tap difokuskan untuk masyarakat menengah ke atas yang mengeluarkan hingga Rp 10 juta per bulan untuk konsumsi pribadi. Dengan posisi pasar sebagai mobile money modern yang menyediakan kemudahan dan kepraktisan bagi kenyamanan target pasar, strategi pemasaran T-Cash Tap dititikberatkan pada aktivitas sosialiasi, promosi, dan penambahan kerjasama dengan toko-toko lain. Untuk menjangkau target market, Telkomsel dapat membuka booth di mall, toko-toko sekitar area kantor dan kampus, serta pada acara kampus, olahraga, musik, dan mode sebagai sponsor. Promosi juga tepat dilakukan untuk menarik lebih banyak pelanggan dengan menawarkan diskon atau harga spesial. Selain itu, akan lebih efektif pula jika menambah instalasi EDC pada restoran, bioskop, toko buku, toko busana, dan toko gawai. Pada akhir penelitian, model bisnis baru direkomendasikan untuk Telkomsel agar diterapkan pada T-Cash Tap.