Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi efektivitas penggunaan bangunan
pengendali sedimen berupa sabo dam dalam upaya mereduksi banjir dan pengendalian
sedimentasi di sungai Milangodaa setelah mengalami bencana banjir pada bulan Agustus.
Dengan menggunakan data hidrologi dan topografi, penelitian ini berusaha untuk
menyajikan informasi mendalam tentang dampak positif dan potensi solusi dalam
mengurangi risiko bencana alam dan melindungi lingkungan sungai.
Pendekatan hidrologi dilakukan menggunakan program HEC-HMS dengan analisis awal
topografi menggunakan aplikasi GIS, pendekatan hidraulika dilakukan dengan Program
HEC-RAS 6.3.1 untuk menganalisis banjir, agradasi dan degradasi dasar sungai.
Geometri sungai yang digunakan adalah geometri sungai hasil pengukuran tahun 2020.
Berdasarkan simulasi transpor sedimen dengan debit aliran rendah selama 2 tahun pada
kondisi eksisting, Sungai Kiri terjadi Degradasi sebesar 126.406 m3/2 tahun, sebesar
11.362 m3/2 tahun, dan di Sungai Hilir sebesar 43.939 m3/2tahun. Pada kondisi dengan
model Sabo Dam, pada Sungai Kanan diperoleh degradasi sebesar 60.019 m3/tahun, pada
Sungai Kiri terjadi Agradasi Sebesar 2.923 m3/2 tahun dan pada Sungai Hilir sebesar
143.934 m3/2tahun. Simulasi Banjir pada kondisi sungai eksisting di bagian hilir, terjadi
limpasan pada debit Q25 dengan elevasi muka air pada STA 1450 adalah 23,33 m dan
dengan geometri sungai model menjadi 23,04 meter.
Dengan ini maka dapat ditarik kesimpulan bahwa pembangunan Sabo Dam menyebabkan
Degradasi pada Hilir sungai sehingga menambah kapasitas tampung sungai. untuk
mengendalikan banjir, peningkatan sungai atau normalisasi sungai lebih efektif daripada
menggunakan sabo dam, dimana untuk bangunan sabo dam memang didesain dan lebih
efektif untuk mengendalikan sedimen dan meredam kecepatan atau energi dari aliran
banjir.