BAB 1 James Sinatra
Terbatas  Resti Andriani
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Resti Andriani
» Gedung UPT Perpustakaan
BAB 2 James Sinatra
Terbatas  Resti Andriani
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Resti Andriani
» Gedung UPT Perpustakaan
BAB 3 James Sinatra
Terbatas  Resti Andriani
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Resti Andriani
» Gedung UPT Perpustakaan
BAB 4 James Sinatra
Terbatas  Resti Andriani
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Resti Andriani
» Gedung UPT Perpustakaan
BAB 5 James Sinatra
Terbatas  Resti Andriani
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Resti Andriani
» Gedung UPT Perpustakaan
PUSTAKA James Sinatra
Terbatas  Resti Andriani
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Resti Andriani
» Gedung UPT Perpustakaan
Meningkatnya emisi gas karbon dioksida (CO2) setiap tahunnya menyebabkan
perubahan iklim yang berdampak pada meningkatnya frekuensi bencana alam. Di
Indonesia, penyumbang emisi CO2 terbesar diproduksi oleh sektor pembangkit
listrik, dengan emisi sebesar 200 juta ton/tahun (2020). Carbon Capture merupakan
salah satu solusi dalam mengurangi emisi gas CO2 dengan menangkap gas CO2
yang dihasilkan industri pembangkit listrik. Karbon aktif sebagai alternatif
adsorben memiliki beberapa kelebihan seperti kelimpahan bahan baku, stabilitas,
dan fleksibilitas dalam proses modifikasi. Modifikasi diperlukan untuk
meningkatkan selektivitas karbon aktif terhadap gas CO2 dan meningkatkan luas
permukaan karbon aktif agar kapasitas adsorpsinya meningkat. Oleh karenanya,
perlu diteliti lebih lanjut mengenai pengaruh modifikasi gugus fungsi permukaan
karbon aktif terhadap kapasitas adsorpsi CO2.
Karbon aktif prekursor batubara diberi 2 perlakuan berbeda: kalsinasi dan
modifikasi urea. Kalsinasi dilakukan dengan memanaskan karbon aktif dalam
kondisi inert pada temperatur 300, 500, dan 700 °C untuk mendapatkan sampel C-
300, C-500, dan C-700. Modifikasi urea dilakukan dengan melakukan impregnasi
urea pada karbon aktif dengan rasio karbon aktif:urea:air sebesar 1:1:20. Kemudian
karbon aktif dikeringkan dan dipanaskan dalam kondisi inert pada temperatur 300,
500, dan 700 °C. Sampel dicuci dan dikeringkan untuk mendapatkan sampel U-
300, U-500, dan U-700. Sampel karbon aktif RAW, kalsinasi, dan modifikasi urea
dilakukan karakterisasi komposisi gugus fungsi dan luas permukaan dengan analisis
FTIR dan analisis bilangan iodin. Uji adsorpsi dilakukan untuk menentukan
kapasitas adsorpsi CO2.
Kalsinasi mendekomposisi secara termal gugus fungsi oksigen pada permukaan
karbon aktif sehingga gugus hidroksil, karboksil, dan karbonil berkurang.
Peningkatan luas permukaan karbon aktif setelah kalsinasi diindikasikan dengan
peningkatan bilangan iodin. Dekomposisi gugus oksigen menyebabkan
ketersediaan site karbon tidak terkoordinasi dan pembentukan pori baru sehingga
meningkatkan kapasitas adsorpsi karbon aktif. Kapasitas adsorpsi gas CO2 sampel
RAW dan C-700 secara berurutan sebesar 0,864 dan 1,094 mmol/g. Pada karbon
aktif modifikasi urea, terdeteksi gugus fungsi amina pada seluruh variasi temperatur
dan gugus piridin terdeteksi pada temperatur yang lebih tinggi (U-700). Luas
permukaan karbon aktif modifikasi urea mengalami peningkatan yang
diindikasikan dengan peningkatan bilangan iodin yang dapat disebabkan oleh
pembentukan mikropori selama proses modifikasi. Kapasitas adsorpsi gas CO2
sampel RAW dan U-700 secara berurutan sebesar 0,864 dan 1,289 mmol/g.