Daerah penelitian merupakan daerah kegiatan industri minyak dan gas bumi, dan
terdapat indikasi limbah akibat penggunaan asam sulfat untuk pengolahan minyak
bumi. Permasalahan yang timbul dari limbah tersebut adalah pencemaran pada air
tanah yang menyebabkan kualitas air tanah menurun. Kondisi hidrogeologi
mempengaruhi pergerakan dan penyebaran air tanah yang tercemar. Selain itu,
penentuan metode pemulihan air tanah juga dipengaruhi oleh kondisi hidrogeologi.
Oleh karena itu, tujuan dari penelitian ini adalah untuk menentukan litologi, jenis
akuifer, arah aliran air tanah, nilai parameter akuifer, dan kualitas air tanah di daerah
penelitian.
Data yang digunakan dalam penelitian ini berasal dari 13 sumur. Data uji
pemompaan didapat dari satu sumur uji pemompaan dengan debit pemompaan yang
konstan dan satu sumur observasi. Metode Neuman digunakan untuk mengestimasi
nilai parameter akuifer. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat dua jenis
akuifer di daerah penelitian, yaitu akuifer tidak tertekan dan akuifer tertekan.
Litologi dari kedua akuifer tersebut adalah pasir lepas. Pada akuifer tidak tertekan,
ketinggian muka air tanah umumnya mengikuti kondisi topografi dan arah aliran
air tanah menuju barat, timur, dan selatan. Berdasarkan data uji pemompaan,
akuifer tidak tertekan di daerah penelitian memiliki nilai transmisivitas sebesar
1,63×10-5-6,10×10-5 m2
/detik, nilai storativitas sebesar 2,35×10-5, konduktivitas
hidraulik dalam arah horizontal sebesar 4,51×10-6-7,78×10-6 m/detik, dan
konduktivitas hidraulik dalam arah vertikal sebesar 5,83×10-6 m/detik. Analisis
kualitas air tanah menunjukkan bahwa air tanah pada akuifer tidak tertekan di
daerah penelitian memiliki nilai pH berkisar antara 2,9-6,9 serta tercemar oleh besi,
mangan, dan sulfat.