Relasi antara jaringan lokal dan jaringan eksternal dari luar wilayah yang tidak
dibahas dalam pembangunan mengakibatkan banyaknya kegagalan dalam proses
pengembangan wilayah. Pendekatan pembangunan kawasan pinggiran selama ini
selalu dilakukan secara eksogen ataupun endogen tanpa melihat relasi yang dapat
terjadi dengan memadukan dua pendekatan tersebut. Pendekatan neo-endogen hadir
memberikan ruang terhadap pembahasan jaringan pada pembangunan untuk
melihat hubungan antara aktor eksogen dan aktor endogen. Namun sejauh ini,
pembahasan jaringan dalam pembangunan neo-endogen hanya sebatas jaringan
yang nampak, belum mengarah pada jaringan implisit. Untuk mengungkap jaringan
implisit tersebut maka dibutuhkan perspektif relasi kekuasaan dalam menjelaskan
mekanisme pendekatan neo-endogen dapat dilakukan dalam pengembangan
wilayah wilayah pinggiran. Perspektif relasi kekuasaan membantu menginvestigasi
kekuataan tersembunyi dan kekuataan tidak terlihat dari sebuah proses
pembangunan yang dapat menjadi indikasi dari jaringan implisit pulau terluar
sehingga menghasilkan gambaranmekanisme interaksi jaringan antar aktor dalam
pembangunan neo-endogen pulau terluar baik yang sifatnya eksplisit maupun
implisit.
Penelitian ini menggunakan pendekatan studi kasus dengan tujuan menganalisis
kasus pembangunan wilayah di pinggiran negara kepulauan yaitu pulau terluar yaitu
Kabupaten Natuna, Propinsi Kepulauan Riau sebagai wilayah yang didominasi oleh
pembangunan eksogen tetapi memiliki banyak modal endogen pulau yang berguna
bagi pengembangan wilayah pulau. Sektor perikanan dijadikan sebagai sektor
primer bahasan penelitian yang juga merupakan modal teritori terbesar dari pulau.
Data diperoleh melalui observasi dan wawancara mendalam terhadap informan
kunci dan dianalisis dengan analisis pemangku kepentingan dan kubus kekuasaan.
Penelitian ini memberikan sumbangan teoritik terkait: (1). pengetahuan terkait
mekanisme interaksi antara aktor lokal dan ekstra lokal pada pembangunan pulau
terluar, di mana pendekatan tersebut belum pernah dibahas kecuali pada konteksii
pedesaaan di daratan dalam pendekatan neo-endogen; (2). Perspektif kekuasaan
dalam pembangunan neo-endogen yang diintegrasikan dengan metodologi
multidisiplin yaitu ilmu politik akan menjadi pendekatan baru untuk menjadi alat
epistimologis dalam kerangka pembangunan neo-endogen.
Hasil penelitian menunjukan bahwa dengan menggunakan perspektif relasi
kekuasaan, ditemukan bentuk mekanisme interaksi antara elemen eksogen dan
endogen. Jika dalam pembangunan eksogen, agensi eksogen dan endogen hanya
memiliki hubungan satu arah yang cenderung top down, maka pada pendekatan
neo-endogen di pulau, terjadi relasi kuasa yang sifatnya tidak hanya satu arah antara
agensi eksogen dan endogen. Agensi endogen setelah mendapatkan pengaruh dan
pemahaman dari agensi eksogen dalam sebuah kondisi lingkungan ekstra lokal,
mereka mampu menciptakan ruang otonom kekuasaan mereka sendiri. Ruang
otonom kekuasaan akan semakin memperkecil jarak kekuasaan antara aktor
eksogen dan endogen sehingga memperbesar potensi kesinambungan antara
regulasi dan implementasi. Ruang kekuasaan otonom tumbuh dari lingkungan
ekstra lokal dimana pengaruh, informasi, pengetahuan, cara berpikir, nilai dan
norma agensi eksogen diberikan kepada agensi endogen. Ruang kekuasaan otonom
meningkatkan kapasitas dari aktor-aktor endogen baik dari segi transfer
pengetahuan maupun dari segi kemampuan berpartisipasi untuk pada akhirnya
mempengaruhi agensi eksogen dalam proses pengambilan keputusan. Dengan
adanya hubungan saling mempengaruhi dan peningkatan kapasitas aktor endogen,
tentunya akan menjadi umpan balik bagi setiap kebijakan pembangunan pulau
terluar