digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

ABSTRAK Novan Naufal Didanto Adji
PUBLIC Perpustakaan Prodi Arsitektur

Kehidupan dalam era masyarakat perkotaan modern sangat kompleks dan dipenuhi dengan tekanan. Akibatnya, penduduk merasakan desakan dan rasa gelisah dalam menjalani kehidupan sehari-hari, yang mengakibatkan timbulnya fenomena stres pada mereka yang berkomutasi di kota. Arsitektur memiliki andil peran membentuk fasilitas kota untuk mengatasi kondisi buruk psikologis pengguna. Oleh karena itu, perlu adanya elemen transisi spasial arsitektural sebagai transit bufer demi mengalihkan terhadap tekanan stres urban komuter yang ditimbulkan. Psikologi Gestalt sebagai pendekatan di luar arsitektur memiliki peran dasar dalam mengalihkan persepsi akan respons stres dengan menambahkan deflection dalam skema pembentuk stress lingkungan. Deflection merupakan teori dalam Gestalt yang membentuk persepsi baru demi mengalihkan persepsi yang timbul sebelumnya. Pendekatan ini kemudian diperkuat oleh pendekatan fenomenologi, yang bertujuan mengetahui penyebab stres para komuter. Pendekatan ini juga berusaha memahami makna fenomena terkait pengalaman perjalanan para komuter berdasarkan kesimpulan yang muncul dari wawancara. Hasil wawancara kemudian ditranslasikan menjadi sebuah bentuk prototipe arsitektural sebagai upaya untuk mengalihkan respons negatif yang menyebabkan stres. Desain prototipe ini menampilkan gradual transisi di mana semakin mendekati akhir, bentuk semakin menghilang. Secara tidak langsung membangkitkan kesadaran dalam alam bawah sadar bahwa pengalaman itu telah berlalu. Setelah tahapan pengalihan selesai, pelaku urban komuter disuguhkan pemenuhan kebutuhan berdasarkan rangkuman hasil wawancara yang sudah dilakukan. Pemenuhan ini, baik yang bersifat fisik maupun non-fisik, akan diakomodasi di dalam rencana pembangunan transit hub di area Transit-Oriented Development (TOD) MRT Lebak Bulus. Desain tipologi mixed use yang disusun juga bertujuan untuk mendukung konsep pengalihan persepsi stres para pekerja komuter perkotaan, selain dari hanya menyediakan fasilitas pemenuhan kebutuhan mereka, dengan mengintegrasikan zonasi dalam perancangan di pusat kawasan TOD. Metodologi wawancara yang digunakan adalah riset secara kualitatif menggunakan metode purposive sampling. Narasumber dipilih dan dibatasi berdasarkan pengalaman dan pengalaman yang dapat memberikan wawasan relevan. Keragaman subjek menjadi fokus guna mendapatkan variasi pemahaman mendalam mengenai persepsi selama perjalanan. Penilitian bertujuan sebagai solusi ide rancangan berupa tipologi baru dari transit hub di kawasan TOD MRT di Kota Jakarta. Tipologi bangunan koridor transit yang menghubungkan moda MRT dengan fasilitas publik berfungsi mengalihkan persepsi stres para komuter bukan mengurangi. Rancangan koridor ini yang diharapkan dapat menjadi contoh untuk perancangan transit hub di kawasan TOD MRT Jakarta lainnya, tentunya dengan pemahaman makna fenomena yang berbeda sesuai narasumber pada kawasan masing-masing.