digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Kaela Nisa Laksmana.pdf
PUBLIC Lili Sawaludin Mulyadi

Eksploitasi yang berlebihan dan tingkat pencemaran yang tinggi menyebabkan krisis air tanah pada perkotaan di Indonesia. Mayoritas rumah tangga di Kota Bandung masih memanfaatkan air tanah untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, sehingga berpotensi mengalami krisis air tanah seperti pencemaran kualitas air dan kekeringan. Akibatnya, rumah tangga diharuskan untuk mengeluarkan biaya lebih untuk berinvestasi terhadap teknologi air tanah seperti pompa, menggali sumur lebih dalam atau membuka sumur baru. Hal ini berpotensi menyebabkan ketidaksetaraan akses terhadap air tanah terutama oleh masyarakat dengan status sosioekonomi yang lebih rendah. Penelitian ini bertujuan untuk memahami akses air tanah rumah tangga di Kota Bandung, melalui persepsi masyarakat Kota Bandung terhadap aspek kualitas dan kuantitas air tanah. Studi kuantitatif dilakukan menggunakan kuesioner dengan sampel 228 orang di Kota Bandung. Hasil penelitian menunjukkan bahwa masyarakat Kota Bandung masih dapat mengakses air tanah. Masyarakat juga tidak merasa keberatan mengenai biaya yang dikeluarkan untuk pengelolaan air tanah. Selain itu, dianalisis juga pengaruh sosial demografi terhadap persepsi rumah tangga Kota Bandung terkait air tanah melalui variabel informasi & pengetahuan, sikap terhadap pencemaran, sikap terhadap pemerintah, perilaku, dan persepsi risiko. Berdasarkan uji statistik regresi linier berganda, diketahui variabel sosial demografi yang berpengaruh secara signifikan di antaranya pendidikan, lama tanggal di rumah, aktivisme lingkungan, posisi dalam rumah tangga, pekerjaan, dan jumlah anggota keluarga. Diketahui juga melalui uji analisis jalur, variabel informasi dan pengetahuan memiliki pengaruh signifikan terhadap persepsi risiko dan perilaku.