digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

ABSTRAK Muhammad Affan Sultan
PUBLIC Resti Andriani

BAB 1 Muhammad Affan Sultan
Terbatas  Resti Andriani
» Gedung UPT Perpustakaan

BAB 2 Muhammad Affan Sultan
Terbatas  Resti Andriani
» Gedung UPT Perpustakaan

BAB 3 Muhammad Affan Sultan
Terbatas  Resti Andriani
» Gedung UPT Perpustakaan

BAB 4 Muhammad Affan Sultan
Terbatas  Resti Andriani
» Gedung UPT Perpustakaan

BAB 5 Muhammad Affan Sultan
Terbatas  Resti Andriani
» Gedung UPT Perpustakaan

PUSTAKA Muhammad Affan Sultan
Terbatas  Resti Andriani
» Gedung UPT Perpustakaan

Global warming adalah isu yang sedang menjadi perhatian banyak orang. Peningkatan temperatur bumi berdampak buruk karena menyebabkan perubahan iklim, kenaikan permukaan laut, mengganggu kesehatan manusia, hingga gangguan ekonomi-sosial. Salah satu penyebab utamanya adalah akibat emisi gas rumah kaca (green house gases). Tahun 2022 emisi gas CO2 dunia mencapai 36,8 miliar ton. Salah satu teknologi carbon capture and storage (CCS) yang berpotensi menjadi teknologi menjanjikan di masa mendatang adalah dengan memanfaatkan mikroorganisme untuk penangkapan CO2. Oleh karena itu, dilakukan percobaan sekuestrasi karbon dengan memanfaatkan enzim carbonic anhydrase (CA) yang dihasilkan bakteri Pseudomonas sp. Strain SKC-25 serta sumber ion Ca2+ dari larutan bioleaching terak baja yang diperoleh dari PT. Krakatau Posco. Percobaan diawali dengan bioleaching terak baja menggunakan bakteri Bacillus nitratireducens strain SKC-2A. Bioleaching bertujuan memperoleh larutan kaya ion Ca2+ yang digunakan untuk percobaan CCS. Rangkaian percobaan CCS telah dilakukan untuk mengetahui pengaruh penambahan enzim CA, laju alir CO2, dan pengaturan pH. Penambahan enzim divariasikan pada 3%, 5%, dan 10%, serta hasilnya dibandingkan dengan percobaan tanpa penambahan enzim. Variasi laju alir mengunakan 50, 100, dan 150 mL/menit. Pengaturan pH divariasikan yaitu pH yang dijaga pada pH 9 dan pH 11, serta pH yang tidak dijaga. Pengambilan sampel larutan dilakukan untuk mengetahui kadar kalsium tersisa menggunakan Atomic Absorption Spectroscopy (AAS) sehingga diketahui %konversi Ca menjadi mineral karbonat. Percobaan bioleaching menghasilkan %ekstraksi kalsium tertinggi pada hari ke- 30 sebesar 12,674%, lalu pada hari berikutnya hingga hari ke-39 terjadi penurunan %ekstraksi kalsium. Penambahan enzim CA memberi pengaruh pada laju konversi Ca menjadi mineral karbonat. Laju konversi tercepat terjadi saat penambahan 10% enzim CA dengan %konversi ketika waktu injeksi 5 menit sebesar 99,904%. Laju konversi Ca pada variasi laju alir CO2 diperoleh hasil tercepat terjadi saat laju alir 100 mL/menit. Pengaturan pH memberi pengaruh pada laju konversi Ca dan juga morfologi mineral karbonat yang terbentuk. Pada pH 9 mineral yang terbentuk adalah magnesian calcite (Mg0,129Ca0,871)CO3 dengan morfologi membulat/spherical. Pada pH 11 mineral terbentuk sama tetapi dengan formula berbeda (Mg0,1Ca0,9)CO3 karena substitusi atom Mg berbeda, sedangkan morfologinya cenderung membatang/rod-like.