BAB 1 Muhammad Affan Sultan
EMBARGO 2030-12-31
EMBARGO 2030-12-31
BAB 2 Muhammad Affan Sultan
EMBARGO 2030-12-31
EMBARGO 2030-12-31
BAB 3 Muhammad Affan Sultan
EMBARGO 2030-12-31
EMBARGO 2030-12-31
BAB 4 Muhammad Affan Sultan
EMBARGO 2030-12-31
EMBARGO 2030-12-31
BAB 5 Muhammad Affan Sultan
EMBARGO 2030-12-31
EMBARGO 2030-12-31
PUSTAKA Muhammad Affan Sultan
EMBARGO 2030-12-31
EMBARGO 2030-12-31
Global warming adalah isu yang sedang menjadi perhatian banyak orang.
Peningkatan temperatur bumi berdampak buruk karena menyebabkan perubahan
iklim, kenaikan permukaan laut, mengganggu kesehatan manusia, hingga
gangguan ekonomi-sosial. Salah satu penyebab utamanya adalah akibat emisi gas
rumah kaca (green house gases). Tahun 2022 emisi gas CO2 dunia mencapai 36,8
miliar ton. Salah satu teknologi carbon capture and storage (CCS) yang
berpotensi menjadi teknologi menjanjikan di masa mendatang adalah dengan
memanfaatkan mikroorganisme untuk penangkapan CO2. Oleh karena itu,
dilakukan percobaan sekuestrasi karbon dengan memanfaatkan enzim carbonic
anhydrase (CA) yang dihasilkan bakteri Pseudomonas sp. Strain SKC-25 serta
sumber ion Ca2+ dari larutan bioleaching terak baja yang diperoleh dari PT.
Krakatau Posco.
Percobaan diawali dengan bioleaching terak baja menggunakan bakteri Bacillus
nitratireducens strain SKC-2A. Bioleaching bertujuan memperoleh larutan kaya
ion Ca2+ yang digunakan untuk percobaan CCS. Rangkaian percobaan CCS telah
dilakukan untuk mengetahui pengaruh penambahan enzim CA, laju alir CO2, dan
pengaturan pH. Penambahan enzim divariasikan pada 3%, 5%, dan 10%, serta
hasilnya dibandingkan dengan percobaan tanpa penambahan enzim. Variasi laju
alir mengunakan 50, 100, dan 150 mL/menit. Pengaturan pH divariasikan yaitu
pH yang dijaga pada pH 9 dan pH 11, serta pH yang tidak dijaga. Pengambilan
sampel larutan dilakukan untuk mengetahui kadar kalsium tersisa menggunakan
Atomic Absorption Spectroscopy (AAS) sehingga diketahui %konversi Ca
menjadi mineral karbonat.
Percobaan bioleaching menghasilkan %ekstraksi kalsium tertinggi pada hari ke-
30 sebesar 12,674%, lalu pada hari berikutnya hingga hari ke-39 terjadi
penurunan %ekstraksi kalsium. Penambahan enzim CA memberi pengaruh pada
laju konversi Ca menjadi mineral karbonat. Laju konversi tercepat terjadi saat
penambahan 10% enzim CA dengan %konversi ketika waktu injeksi 5 menit
sebesar 99,904%. Laju konversi Ca pada variasi laju alir CO2 diperoleh hasil
tercepat terjadi saat laju alir 100 mL/menit. Pengaturan pH memberi pengaruh
pada laju konversi Ca dan juga morfologi mineral karbonat yang terbentuk. Pada
pH 9 mineral yang terbentuk adalah magnesian calcite (Mg0,129Ca0,871)CO3
dengan morfologi membulat/spherical. Pada pH 11 mineral terbentuk sama tetapi
dengan formula berbeda (Mg0,1Ca0,9)CO3 karena substitusi atom Mg berbeda,
sedangkan morfologinya cenderung membatang/rod-like.