digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Industri otomotif adalah sektor yang terus berkembang dan saat ini sedang mengalami transisi menuju industri yang lebih ramah lingkungan. Dengan kemajuan teknologi kendaraan listrik (EV) dan hibrida, persaingan dalam industri ini dapat memicu praktik pemasaran yang tidak etis seperti greenwashing. Di masa lalu, skandal greenwashing telah mengganggu industri ini secara signifikan. Industri otomotif, yang bukan hal asing dalam praktik-praktik ini, telah menyaksikan perusahaan-perusahaan yang melebih-lebihkan efisiensi bahan bakar dan fitur pengurangan emisi kendaraan mereka (Krolicka, 2019). Klaim-klaim yang menyesatkan tersebut ditujukan kepada konsumen yang peduli akan lingkungan yang ingin mengurangi jejak karbon mereka. Pemerintah di seluruh dunia juga turut campur tangan, mengatur emisi karbon dan mendorong penggunaan energi yang lebih bersih. Secara bersamaan, pemerintah memberlakukan kebijakan-kebijakan yang memberikan insentif untuk produksi kendaraan listrik dan hibrida, memperkuat fokus industri pada kinerja lingkungan (Krolicka, 2019). Hal ini, bersamaan dengan teknologi-teknologi inovatif yang muncul, memicu persaingan, sehingga praktik greenwashing digunakan untuk mendapatkan keunggulan (Kapoor & Pandey, 2021). Penelitian ini mengkaji konsekuensi dari praktik greenwashing dalam industri otomotif, meneliti dampaknya pada perilaku konsumen dan implikasinya secara lebih luas. Makalah ini menyelidiki hubungan antara kesadaran dan pengetahuan konsumen tentang greenwashing dalam sektor otomotif dan perilaku mereka terhadap praktik greenwashing. Selain itu, makalah ini menganalisis dampak greenwashing pada citra merek dan penjualan. Industri otomotif menghadapi tantangan besar terkait greenwashing, dengan perusahaan-perusahaan terkemuka seperti Volkswagen, General Motors, dan Mercedes-Benz yang mengakui klaim lingkungan yang curang (Greenpeace, 2020). Praktik-praktik tidak etis ini meningkat dalam dua dekade terakhir, seiring dengan meningkatnya kekhawatiran lingkungan global. Trajectory industri menuju praktik yang lebih ramah lingkungan dimulai pada tahun 1990-an, ditandai dengan perusahaan-perusahaan seperti General Motors dan Toyota yang melakukan penelitian tentang kendaraan listrik dan hibrida. Terutama, greenwashing dalam industri otomotif sering berpusat pada klaim lingkungan tentang baterai kendaraan listrik. Meskipun mengklaim tanpa emisi dan netralitas karbon, studi menunjukkan bahwa produksi baterai melibatkan kegiatan yang memakan banyak sumber daya dan berdampak negatif pada lingkungan (Kroh, 2019). Selain itu, deskripsi iklan yang samar menyesatkan konsumen, menciptakan persepsi dampak lingkungan yang lebih rendah daripada kenyataannya. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji efek skema pemasaran greenwashing dalam industri otomotif terhadap perilaku konsumen rata-rata, dan dengan demikian dampaknya pada industri tersebut. Penelitian ini menggunakan sumber utama berupa survei dan sumber sekunder dari studi kasus. Analisis yang cermat terhadap data dilakukan untuk membuktikan validitas, keandalan, dan korelasi data. Dengan menggunakan data ini, kesimpulan dapat diambil untuk membantu industri melawan greenwashing dan mendukung strategi pemasaran yang berkelanjutan dan transparan. Dari analisis data survei, terungkap bahwa meskipun kesadaran tentang greenwashing tetap terbatas, mereka yang menyadari cenderung mengubah perilaku mereka terhadap industri. Korelasi yang kuat antara kesadaran dan perilaku menekankan pentingnya otentisitas dan transparansi dalam pemasaran. Selain itu, kefamiliaran konsumen dengan insiden-insiden greenwashing masa lalu mempengaruhi keputusan pembelian, mencerminkan tuntutan yang meningkat terhadap praktik bisnis yang etis. Sebagai kesimpulan, penelitian ini menekankan pentingnya praktik pemasaran etis dalam sektor otomotif. Temuan ini menekankan perlunya otentisitas, keberlanjutan, dan transparansi, yang memperkuat bahwa perusahaan yang mengadopsi nilai-nilai ini lebih mungkin membangun kepercayaan konsumen, sehingga meningkatkan penjualan dan pangsa pasar. Mengingat pemahaman konsumen yang semakin tajam tentang klaim lingkungan, praktik pemasaran etis tidak hanya menjamin reputasi yang positif tetapi juga sejalan dengan peran penting industri otomotif dalam upaya keberlanjutan global.