digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

ABSTRAK Ronal Kartasasmita
Terbatas  Irwan Sofiyan
» Gedung UPT Perpustakaan


BAB 1 - RONAL KARTASASMITA
Terbatas  Irwan Sofiyan
» Gedung UPT Perpustakaan

BAB 2 - RONAL KARTASASMITA
Terbatas  Irwan Sofiyan
» Gedung UPT Perpustakaan

BAB 3 - RONAL KARTASASMITA
Terbatas  Irwan Sofiyan
» Gedung UPT Perpustakaan

BAB 4 - RONAL KARTASASMITA
Terbatas  Irwan Sofiyan
» Gedung UPT Perpustakaan

BAB 5 - RONAL KARTASASMITA
Terbatas  Irwan Sofiyan
» Gedung UPT Perpustakaan


Kawasan Hutan Produksi Terbatas (HPT) KPH Bali Barat merupakan habitat bagi primata, terjadi perambahan secara terus menerus dan alih fungsi lahan pada kawasan ini yang menjadi gangguan bagi kelestarian primata. Tingkat kehadiran primata sangat dipengaruhi oleh faktor lingkungan karena primata merupakan hewan yang selektif dalam menentukan habitatnya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui respon primata terhadap faktor lingkungan dan dugaan pola distribusi pada kawasan. Hasil pengamatan tersebut dilakukan analisis untuk mengetahui indeks dominansi, indeks keanekaragaman, indeks kemerataan, kepadatan dan pemodelan distribusi MaxEnt. Didapatkan nilai keanekaragaman sebesar 0,5495, nilai dominansi sebesar 0,6366 menunjukan adanya dominansi M. fascicularis pada kawasan, nilai kemerataan didapatkan 0,7927 menunjukan kemerataan primata yang cukup merata dan kepadatan primata diketahui 6,132 individu/ha. Pemodelan MaxEnt pada spesies primata memunjukan variabel yang berkontribusi pada masing- masing pemodelan spesies yaitu pada M. fascicularis adalah jarak dari jalan nasional (70.9%), jarak dari sumber air (19.5%), dan elevasi/ketinggian (6.4%), sedangkan untuk T. auratus yaitu jarak dari sumber air (39.3%), slope/kelerengan (29.6%), dan aspect (25.2%). Hasil Species Distribution Model pada MaxEnt menunjukan preferensi distribusi M. fascicularis menyukai kawasan dekat dengan jalan nasional dan sumber air, hal ini disebabkan kemampuan sinantropis dan tersedianya pakan non-alami sepanjang jalan nasional. Pemodelan T. auratus menyukai pohon tidur yang dekat dengan sumber air dengan kelerengan yang datar sehingga distribusi T. auratus lebih merata pada kawasan dan cenderung memilih arah kelerengan yang interaksi dengan manusianya lebih sedikit.