digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Industri busana memiliki sejarah panjang dalam memebentuk dan menegakkan standar kecantikan di masyarakat. Standar kecantikan ini bermasalah karena mustahil dicapai dan telah menyebabkan beberapa masalah di lingkungan sosial dan kesehatan. Dalam beberapa tahun terakhir, masyarakat menjadi lebih progresif dan mulai menerima perbedaan ukuran tubuh dengan program body positivity di media sosial. Hasilnya, masyarakat menantang merek-merek busana untuk menjadi lebih inklusif terhadap perbedaan dalam ukuran badan. Merek busana yang menghadirkan model berukuran tubuh besar dianggap memiliki citra positif yang dilirik pelanggan. Citra merek inklusif dihipotesiskan memiliki pengaruh terhadap keputusan pembelian pelanggan. Riset ini diadakan untuk menguji sejauh mana inklusivitas model berukuran tubuh besar dalam iklan mode. Sampel dari riset ini merupakan penduduk Indonesia dengan mayoritas berasal dari umur 18-29 tahun. Para responden memposisikan diri mereka dengan sikap positif terhadap isu tersebut. Selebihnya, responden menunjukkan dukungan terhadap inklusivitas model berukuran tubuh besar dalam merek mode. Selain analisis menggunakan grafik, beberapa tes statistik digunakan untuk menguji hipotesis. Berdasarkan hasil tes, aman untuk dikatakan bahwa merek yang memiliki citra inklusif terhadap model berukuran tubuh besar memiliki pengaruh signifikan terhadap keputusan pembelian pelanggan. Hubungan ini dibuktikan dengan citra merek yang inklusif terhadap model berukuran tubuh besar merepresentasikan lebih dari setengah keputusan pembelian pelanggan. Kesimpulannya, merek busana sebaiknya menyertakan model berukuran tubuh besar pada iklan-iklan karena akhirnya akan menyebabkan peningkatan keputusan pembelian pelanggan.