Kemunculan media sosial memudahkan interaksi yang terjadi antar manusia.
Interaksi di media sosial dapat diasumsikan sangat mirip dengan interaksi dunia
nyata sehingga data digital media sosial dapat digunakan untuk menganalisis
interaksi dunia nyata. Hit phenomenon adalah suatu fenomena saat suatu topik yang
sama menjadi populer dan diikuti oleh banyak individu dalam suatu waktu tertentu.
Dalam penelitian ini, dibangun suatu model matematika hit phenomenon dengan
tiga faktor utama yang memengaruhinya, yaitu iklan, word-of-mouth, dan decline
of audiences. Faktor iklan dan word-of-mouth memengaruhi perpindahan populasi
calon pengikut hits menjadi pengikut hits, sementara faktor decline of audiences
memengaruhi perpindahan populasi pengikut hits menjadi mantan pengikut hits.
Model matematika hit phenomenon ini meninjau dinamika pertumbuhan populasi
masyarakat calon pengikut hits, pengikut hits, dan mantan pengikut hits dalam
suatu satuan waktu sehingga bentuk model yang tepat adalah sistem persamaan
diferensial orde satu. Kemudian, dilakukan simulasi numerik terhadap model
dengan metode Runge-Kutta orde 4 berdasarkan data Google Trend sebagai dasar
penerapan simulasinya. Simulasi numerik ini menghasilkan beberapa kesimpulan
mengenai ketiga faktor yang memengaruhi model hit phenomenon dan media sosial
yang luas digunakan oleh masyarakat Indonesia dalam 5 tahun terakhir, yaitu
TikTok, Instagram, dan X (Twitter). Dalam 5 tahun terakhir di Indonesia, pengaruh
faktor iklan terhadap tren X (Twitter) sedikit lebih unggul dari Instagram, sementara
TikTok masih kalah dari kedua media sosial tersebut. Pada tren ketiga media sosial
tersebut, pengaruh faktor word-of-mouth terhadap tren TikTok lebih unggul dari X
(Twitter) dan Instagram. Urutan pengaruh faktor decline of audiences terhadap tren
media sosial dari yang terbesar adalah TikTok, Instagram, dan terkecil X (Twitter).
Dari seluruh simulasi numerik yang dilakukan, faktor decline of audiences dinilai
memiliki pengaruh yang besar terhadap hit phenomenon.