digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Blok MAHAKA dioperasikan oleh PETROYAN yang berlokasi di Provinsi Kalimantan Timur, Indonesia. Ada beberapa lapangan di blok MAHAKA, dimana lapangan TUNA adalah salah satunya. Lapangan TUNA terletak di perairan dangkal (kedalaman air 2-5 m), Dalam lingkup pengembangan Lapangan TUNA Shallow Fase 5 direncanakan akan dibor 100 sumur tambahan. Dari 100 sumur terdapat 24 sumur yang berada di area inland (Tuna Lowland) yang merupakan daratan yang terbentuk dari hasil sedimentasi delta dengan karakteristik tanah yang labil dan memiliki daya dukung yang kurang baik. Area ini akan menjadi lokasi sumur (surface location) dan saat ini berupa hutan nipah-nipah, bakau atau pertambakan (inland), dan berbeda dari mayoritas lokasi TUNA lainnya yang berupa rawa-rawa (Swamp) sehingga memiliki tantangan sendiri dari segi site preparation karena membutuhkan pekerjaan dengan skala besar. Karena kondisi tersebut, pengembangan area inland dapat dilakukan melalui 2 (dua) opsi, yaitu skema swamp operations (dilakukan dengan dukungan operasi dan peralatan yang sudah tersedia), atau skema land operations (dilakukan seperti operasi area onshore yang belum pernah diterapkan di area PETROYAN). Guna membandingkan efektifitas pengembangan dengan skema swamp operations atau land operations dari aspek operasional maupun biaya, dilakukan studi kasus dengan contoh area Tuna ‘F’ inland yang cukup merepresentasikan kondisi aktual di lapangan. Kajian ini bertujuan untuk memberikan analisis dan membantu memilih opsi yang ada, kemudian dari cadangan yang ada apakah area ini cukup ekonomis untuk di kembangkan. Penilaian proyek dihitung dengan menggunakan metode Discounted Cash Flow (DCF) dan mematuhi ketentuan Production Sharing Contract (PSC) untuk operator lapangan. Hasil dari study ini menunjukan bahwa metode Swamp memberikan keuntungan yang lebih baik daripada metode Land.