Pengalaman masa kecil baik itu yang positif maupun negatif tersimpan dalam memori
dan dibawa hingga dewasa. Hal ini disebut dengan inner child, yaitu jiwa anak-anak
yang hadir dalam diri orang dewasa. Namun yang dikhawatirkan adalah dampak dari
pengalaman negatif masa kecil yang belum terselesaikan dengan baik. Sebagian yang
mengalaminya tidak menyadari bahwasannya hal itu terjadi pada dirinya. Sedangkan
hal tersebut berpotensi menimbulkan trauma inner child dengan dampak buruk yang
mempengaruhi kehidupan di masa dewasa. Oleh karena itu informasi ini perlu
disampaikan, salah satunya melalui hybrid moving image. Hybrid moving image
merupakan penggabungan media audiovisual (life action dan animasi) yang tetap
mempertahankan ciri masing-masing media. Sehingga fenomena trauma inner child
yang berlangsung di dalam diri dapat divisualisasikan secara konkret. Perancangan ini
bertujuan untuk menginformasikan trauma inner child melalui hybrid moving image
pada dewasa muda. Dewasa muda dipilih sebagai target sasaran karena memiliki
karakteristik simpati, sehingga dapat menyadari bahwasannya trauma inner child dapat
terjadi di sekitar mereka. Metode perancangan yang digunakan yaitu double diamond
design process. Pengumpulan data melalui wawancara ahli, kuesioner kepada target
sasaran, dan analisis komparasi media serupa. Hasil yang ditemukan dalam
perancangan ini adalah hybrid moving image dapat membuat visualisasi terkait trauma
inner child. Tema yang diangkat adalah pelecehan seksual yang terjadi pada tokoh
utama (Mentari). Media ini membuat tokoh (manusia dan inner child), tempat (dunia
nyata dan imajiner), waktu (masa kecil dan masa dewasa) terhimpun dalam sebuah
kesatuan lalu membentuk sebab-akibat (peristiwa buruk masa lalu mempengaruhi
kepribadian Mentari yang lebih tertutup).