digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Pengalaman masa kecil baik itu yang positif maupun negatif tersimpan dalam memori dan dibawa hingga dewasa. Hal ini disebut dengan inner child, yaitu jiwa anak-anak yang hadir dalam diri orang dewasa. Namun yang dikhawatirkan adalah dampak dari pengalaman negatif masa kecil yang belum terselesaikan dengan baik. Sebagian yang mengalaminya tidak menyadari bahwasannya hal itu terjadi pada dirinya. Sedangkan hal tersebut berpotensi menimbulkan trauma inner child dengan dampak buruk yang mempengaruhi kehidupan di masa dewasa. Oleh karena itu informasi ini perlu disampaikan, salah satunya melalui hybrid moving image. Hybrid moving image merupakan penggabungan media audiovisual (life action dan animasi) yang tetap mempertahankan ciri masing-masing media. Sehingga fenomena trauma inner child yang berlangsung di dalam diri dapat divisualisasikan secara konkret. Perancangan ini bertujuan untuk menginformasikan trauma inner child melalui hybrid moving image pada dewasa muda. Dewasa muda dipilih sebagai target sasaran karena memiliki karakteristik simpati, sehingga dapat menyadari bahwasannya trauma inner child dapat terjadi di sekitar mereka. Metode perancangan yang digunakan yaitu double diamond design process. Pengumpulan data melalui wawancara ahli, kuesioner kepada target sasaran, dan analisis komparasi media serupa. Hasil yang ditemukan dalam perancangan ini adalah hybrid moving image dapat membuat visualisasi terkait trauma inner child. Tema yang diangkat adalah pelecehan seksual yang terjadi pada tokoh utama (Mentari). Media ini membuat tokoh (manusia dan inner child), tempat (dunia nyata dan imajiner), waktu (masa kecil dan masa dewasa) terhimpun dalam sebuah kesatuan lalu membentuk sebab-akibat (peristiwa buruk masa lalu mempengaruhi kepribadian Mentari yang lebih tertutup).