digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

ABSTRAK Zhaffran Asyraf
Terbatas  Irwan Sofiyan
» Gedung UPT Perpustakaan

Pipeline yang tersebar di indonesia, khususnya offshore pipeline memiliki kerentanan yang lebih tinggi dibandingkan onshore pipeline karena terpapar secara terus menerus oleh beban arus dan kondisi lingkungan yang ekstrim. Hal ini menjadi berbahaya jika pipa mengalami spanning karena akan memicu VIV (Vortex Induced Vibration) yang akan menyebabkan fatigue failure. Setelah beroperasi cukup lama, pipa biasanya akan mengalami korosi di permukaan karena kelembapan dan sifat korosif air laut. Untuk itu perlu dilakukan kajian mengenai pengaruh korosi terhadap umur sisa lelah pipa bawah laut. Penelitian ini dilakukan untuk menganalisis pipa yang mengalami spanning berdasarkan DNVGL-RP-F105. Pipa yang tidak lolos screening criteria akan dimodelkan dan dianalisis lebih lanjut untuk mengetahui umur sisa lelah. Untuk menganalisis pengaruh korosi terhadap umur sisa lelah, digunakan S – N curve berdasarkan Model Heywood. Dari hasil kajian 16 span berdasarkan inspeksi pada pipa penyalur 14 inci EPRO – NGL Junction, terdapat 1 span tidak lolos screening criteria sehingga harus dilakukan perhitungan umur sisa lelah. Korosi pada pipa menimbulkan Stress Concentration Factor sebesar 2,838. Akibatnya batas jumlah siklus tegangan yang diizinkan agar pipa dapat beroperasi sesuai umur desain (10 tahun) turun dari 1100 cycles menjadi 400 cycles. Hasil studi parametrik menunjukkan umur sisa lelah pipa turun signifikan hingga kedalaman korosi, ???????? sekitar 40% namun cenderung datar kemudian. Selain itu, pipa dikatakan sudah tidak aman dan direkomendasikan untuk dilakukan mitigasi saat panjang span relatif sudah mencapai 150% terhadap panjang span yang tercatat saat inspeksi 2009.