digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Proses pengolahan emas tidak akan lepas dari tailing yang masih mengandung emas dengan kadar rendah. Selain itu, ketersediaan bijih emas kadar tinggi semakin lama semakin berkurang. Oleh karena itu, dibutuhkan metode ekstraksi emas dalam bijih dan tailing berkadar rendah. Fitomining merupakan metode yang digunakan untuk mengekstrak logam dengan memanfaatkan tanaman yang ditanam pada tanah yang mengandung mineral atau bijih logam berkadar rendah. Pada penelitian ini akan diamati kemampuan tanaman sirih hijau (Piper betle), serai (Cymbopogon citratus), dan rumput vetiver (Chrysopogon zizanioides) sebagai akumulator. Pada proses fitomining ini juga akan diamati pengaruh penambahan pupuk jenis NPK dan kompos serta ammonium tiosulfat (chelating agent) terhadap pertumbuhan tanaman serta terhadap konsentrasi emas yang terambil. Penelitian diawali dengan studi literatur mengenai emas dan fitomining emas. Kemudian, dilakukan karakterisasi awal terhadap bijih untuk mendapatkan bijih berukuran -2 mm dengan proses penghancuran serta peremukan. Karakterisasi dilanjutkan dengan analisis x-ray diffraction (XRD), x-ray fluorescence (XRF), dan proses digestion menggunakan larutan aqua regia. Proses fitomining dilakukan menggunakan substrat berupa campuran bijih dan sekam bakar 10% (w/w) dengan perlakuan berbeda, yaitu perlakuan pupuk NPK 0,1% (w/w), pupuk kompos 20% (w/w), dan tanpa pupuk untuk perlakuan amonium tiosulfat sebanyak 20 mmol/kg. Proses pertumbuhan dilakukan selama 5 minggu dengan penambahan amonium tiosulfat pada minggu ke-empat. Setelah dilakukan pemanenan, dilakukan digestion pada sampel tanaman yang telah dihaluskan menggunakan larutan HNO3 65% dan H2O2 30%. Kemudian larutan hasil digest tanaman dianalisis menggunakan inductively coupled plasma-optical emission spectroscopy (ICP-OES) untuk mengetahui konsentrasi emas di dalamnya. Pada tanaman P. betle dan Cy. citratus perlakuan NPK memberikan kenaikan tinggi terbesar. Sedangkan pada tanaman Ch zizanioides perlakuan ammonium tiosulfat memberikan kenaikan tinggi terbesar. Perolehan berat kering tertinggi didapatkan dari perlakuan kompos pada tanaman P. betle dan Cy, citratus, sedangkan pada tanaman Ch. zizanioides perlakuan NPK memberikan nilai berat kering terbesar. Pada tanaman P. betle konsentrasi emas tertinggi diperoleh pada perlakuan NPK dengan total 12,107 mg/kg, selanjutnya pada Cy. citratus, konsentrasi emas tertinggi diperoleh pada perlakuan kompos dengan nilai 8,783 mg/kg, dan pada tanaman Ch. zizanioides diperoleh pada perlakuan NPK dengan nilai 8,226 mg/kg.