Proses pengolahan emas tidak akan lepas dari tailing yang masih mengandung emas dengan kadar
rendah. Selain itu, ketersediaan bijih emas kadar tinggi semakin lama semakin berkurang. Oleh
karena itu, dibutuhkan metode ekstraksi emas dalam bijih dan tailing berkadar rendah. Fitomining
merupakan metode yang digunakan untuk mengekstrak logam dengan memanfaatkan tanaman
yang ditanam pada tanah yang mengandung mineral atau bijih logam berkadar rendah. Pada
penelitian ini akan diamati kemampuan tanaman sirih hijau (Piper betle), serai (Cymbopogon
citratus), dan rumput vetiver (Chrysopogon zizanioides) sebagai akumulator. Pada proses
fitomining ini juga akan diamati pengaruh penambahan pupuk jenis NPK dan kompos serta
ammonium tiosulfat (chelating agent) terhadap pertumbuhan tanaman serta terhadap konsentrasi
emas yang terambil.
Penelitian diawali dengan studi literatur mengenai emas dan fitomining emas. Kemudian,
dilakukan karakterisasi awal terhadap bijih untuk mendapatkan bijih berukuran -2 mm dengan
proses penghancuran serta peremukan. Karakterisasi dilanjutkan dengan analisis x-ray diffraction
(XRD), x-ray fluorescence (XRF), dan proses digestion menggunakan larutan aqua regia. Proses
fitomining dilakukan menggunakan substrat berupa campuran bijih dan sekam bakar 10% (w/w)
dengan perlakuan berbeda, yaitu perlakuan pupuk NPK 0,1% (w/w), pupuk kompos 20% (w/w),
dan tanpa pupuk untuk perlakuan amonium tiosulfat sebanyak 20 mmol/kg. Proses pertumbuhan
dilakukan selama 5 minggu dengan penambahan amonium tiosulfat pada minggu ke-empat.
Setelah dilakukan pemanenan, dilakukan digestion pada sampel tanaman yang telah dihaluskan
menggunakan larutan HNO3 65% dan H2O2 30%. Kemudian larutan hasil digest tanaman dianalisis
menggunakan inductively coupled plasma-optical emission spectroscopy (ICP-OES) untuk
mengetahui konsentrasi emas di dalamnya.
Pada tanaman P. betle dan Cy. citratus perlakuan NPK memberikan kenaikan tinggi terbesar.
Sedangkan pada tanaman Ch zizanioides perlakuan ammonium tiosulfat memberikan kenaikan
tinggi terbesar. Perolehan berat kering tertinggi didapatkan dari perlakuan kompos pada tanaman
P. betle dan Cy, citratus, sedangkan pada tanaman Ch. zizanioides perlakuan NPK memberikan
nilai berat kering terbesar. Pada tanaman P. betle konsentrasi emas tertinggi diperoleh pada
perlakuan NPK dengan total 12,107 mg/kg, selanjutnya pada Cy. citratus, konsentrasi emas
tertinggi diperoleh pada perlakuan kompos dengan nilai 8,783 mg/kg, dan pada tanaman Ch.
zizanioides diperoleh pada perlakuan NPK dengan nilai 8,226 mg/kg.