digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

ABSTRAK Fahira Azizah Farhani
Terbatas  Irwan Sofiyan
» Gedung UPT Perpustakaan

Mangrove berperan penting dalam mitigasi dampak perubahan iklim, namun di sisi lain perubahan iklim juga berpotensi memberikan ancaman kerusakan bagi ekosistem mangrove. Kenaikan muka air laut atau sea level rise (SLR) yang disebabkan oleh perubahan iklim dan penurunan muka tanah atau land subsidence yang disebabkan oleh pembangunan serta penggunaan air tanah yang berlebihan menjadi faktor yang mempengaruhi perubahan elevasi permukaan di hutan mangrove. Penelitian ini bertujuan untuk menduga elevasi dan memprediksi perubahan elevasi akibat SLR dan land subsidence di Taman Wisata Alam Angke Kapuk. Pengukuran elevasi dilakukan pada 50 titik di zona kering (kawasan hutan mangrove yang tidak tergenang oleh air) dan 399 titik di zona basah (kawasan hutan mangrove yang tergenang oleh air). Metode interpolasi ordinary kriging digunakan untuk menduga nilai elevasi di lokasi yang tidak terukur berdasarkan nilai elevasi di lokasi yang diukur menggunakan model dan analisis semivariogram. Perubahan elevasi diduga dengan mempertimbangkan data SLR dan land subsidence. Dugaan elevasi rata-rata di zona basah adalah -173,06 cm dan di zona kering 53,1 cm dari permukaan laut. Model semivariogram terbaik pendugaan elevasi di Taman Wisata Alam Angke Kapuk adalah model exponential dengan tingkat akurasi yang ditunjukkan oleh nilai Coefficient of Variance (CV) sebesar 0,1563 di zona basah dan 0,312 di zona kering. Prediksi penurunan elevasi pada tahun 2050 dengan hanya mempertimbangkan laju SLR yaitu sebesar 16,2 cm dan dengan mempertimbangkan SLR serta land subsidence sebesar 299,7 cm. Kombinasi ancaman SLR dan land subsidence memiliki dampak yang besar dalam perubahan elevasi hutan mangrove dan menjadi faktor hilangnya habitat mangrove di kemudian hari.