digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

E-commerce telah merubah perilaku berbelanja konsumen. Selain karena banyaknya pilihan produk yang tersedia, e-commerce pun dinilai memberikan pengalaman berbelanja yang lebih praktis bagi konsumen. Perkembangan industry e-commerce pun dipercepat oleh adanya pandemic COVID-19 yang membatasi akses konsumen untuk berbelanja langsung ke toko. Meskipun pandemic telah usai, e-commerce kini telah menjadi bagian penting dalam perilaku berbelanja konsumen yang akan tetap menggunakan e-commerce untuk memenuhi kebutuhan hariannya. Akan tetapi, tren penggunaan e-commerce memiliki isu tersendiri. Kegiatan belanja daring, seperti yang dilakukan pada e-commerce, menghasilkan lebih banyak sampah dibandingkan aktivitas belanja secara langsung di toko. Sampah ini kebanyakan berasal dari kemasan yang digunakan, seperti bubble wrap, plastic, kertas, dan kardus. Mayoritas dari sampah kemasan ini masih dibuang ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA). Dengan banyaknya kemasan yang dihasilkan, ditambah dengan intensitas belanja konsumen yang tinggi, aktivitas berbelanja daring di e-commerce memiliki kontribusi besar dalam menambah masalah sampah di lingkungan. Jika tidak diselesaikan dengan baik, sampah kemasan e-commerce ini dapat menjadi masalah serius bagi keberlangsungan lingkungan. Kebaruan riset ini terletak pada kemampuannya untuk membahas isu pengelolaan sampah kemasan e-commerce pada level konsumen. Meskipun sudah ada penelitian terdahulu yang membahas tentang pengelolaan sampah, seperti daur ulang dan pemilahan sampah, keunikan dari sampah kemasan e-commerce perlu dikaji secara spesifik. Kontribusi konsumen dalam isu ini dinilai vital karena konsumen adalah pihak yang harus mengelola kemasan paket yang mereka dapatkan ketika menerima produk. Penelitian ini menitikberatkan kepada konsep 3R (reduce, reuse, recycle) sebagai bentuk dari pengelolaan sampah yang bertanggung jawab terhadap lingkungan. Kami berasumsi bahwa perilaku ini bergantung pada kesadaran diri yang dimiliki oleh konsumen. Oleh karena itu, berdasar pada Teori Aktivasi Norma (Norm Activation Model / NAM), penelitian ini ditujukan untuk menguji factor-faktor yang mendasari perialaku 3R yang dilakukan oleh konsumen. Penelitian ini membahas tentang pembentukan norma pribadi yang didasari oleh kesadaran akan konsekuensi, pembentukan tanggung jawab, informasi, dan norma sosial. Selain itu, norma pribadi, norma sosial,