digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800


BAB 1 Lachlan Arya Rhaditya Pongtiku
Terbatas  Resti Andriani
» Gedung UPT Perpustakaan

BAB 2 Lachlan Arya Rhaditya Pongtiku
Terbatas  Resti Andriani
» Gedung UPT Perpustakaan

BAB 3 Lachlan Arya Rhaditya Pongtiku
Terbatas  Resti Andriani
» Gedung UPT Perpustakaan

BAB 4 Lachlan Arya Rhaditya Pongtiku
Terbatas  Resti Andriani
» Gedung UPT Perpustakaan

BAB 5 Lachlan Arya Rhaditya Pongtiku
Terbatas  Resti Andriani
» Gedung UPT Perpustakaan

PUSTAKA Lachlan Arya Rhaditya Pongtiku
Terbatas  Resti Andriani
» Gedung UPT Perpustakaan

Kondisi termal adalah salah satu hal yang sangat mempengaruhi efisiensi dari aktivitas penambangan karena kondisi termal yang tidak nyaman dapat mengganggu kinerja aktivitas. Oleh karena itu, diperlukan analisis kondisi termal suatu daerah kerja yang dalam kasus ini adalah ramp development untuk mencapai temperatur efektif tersebut. Penelitian menggunakan simulasi metode numerik berbasis komputasi fluida dinamik dengan perangkat lunak ANSYS Fluent R1 2023. Perubahan kondisi akibat sumber panas akan dilakukan dengan alat berat berupa mesin LHD 120 kW, mine truck 120 kW, dan jumbo drill 44 kW kemudian akan dibuat bidang atau plane sebagai daerah hasil. Berdasarkan hasil pemodelan didapatkan bahwa pada aktivitas mucking, hauling, dan drilling terjadi kenaikan temperatur akibat adanya aktivitas alat berat. Ketika aktivitas mucking oleh alat berat LHD saat aktivitas loading di front development berada pada rentang 2,5 – 3,5°C. Kemudian terdapat kenaikan temperatur pada Plane 5 hingga 8 yang dilewati oleh LHD menyebabkan kenaikan temperatur sebesar 0,8 hingga 1,9 °C. Pada saat hauling dan drilling terdapat gradien naik temperatur akibat adanya LHD yang stasioner menyebabkan kenaikan temperatur dengan gradien 0,12°C/jam untuk Plane 5 dan 0,1°C untuk Plane 6 hingga 8. Keberadaan jumbo drill menyebabkan kenaikan temperatur dengan gradien 0,75°C/jam selama 2 jam aktivitas yang kemudian turun sebesar 1°C setelah tidak adanya aktivitas. Pergerakan Minetruck juga menyebabkan adanya kenaikan temperatur di Plane 2 hingga 8 sebesar 0,45°C hingga 2,2°C. Hasil pemodelan ANSYS ini masih temperatur dry bulb. Model terowongan yang dianalisis masih memenuhi standar kelayakan berdasarkan peraturan tentang sistem ventilasi di Indonesia dengan temperatur efektif normal tertinggi sebesar 23,6°C.