digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Indonesia merupakan negara yang memiliki sumber daya alam yang sangat beragam, salah satunya rempah-rempah. Berbagai macam rempah-rempah seperti cengkeh, pala, jahe, kunyit, kemiri, merica, kayu manis, dan vanili inilah yang membuat rempah-rempah Indonesia dikenal dunia dan berkontribusi terhadap perekonomian negara. Cengkeh adalah rempah-rempah khas Indonesia yang berasal dari kepulauan Maluku (Ternate dan Tidore). Saat ini, cengkeh telah dibudidayakan di berbagai daerah di Indonesia, yaitu Jawa, Kalimantan Tengah, Kalimantan Timur, Sulawesi, dan lain-lain. Musim cengkeh di Indonesia terjadi sekali atau dua kali dalam setahun, yaitu dari bulan April hingga Mei dan Oktober hingga November. Para petani akan memanen bunga cengkeh yang matang, kemudian bunga cengkeh tersebut dijemur dan diolah sebagai bahan baku produksi rokok, kosmetik, dan lain-lain. CV. Rempah Jaya adalah salah satu supplier cengkeh terkemuka dan terbaik di Indonesia. Terutama variasi cengkeh seperti cengkeh utuh, minyak cengkeh, daun cengkeh kering, batang cengkeh kering, dan abu cengkeh. Biasanya, pasokan cengkeh ke pabrik rokok diadakan setiap beberapa bulan sekali dalam jumlah banyak, sehingga banyak waktu luang yang tersedia sebelum mengirimnya ke pabrik. Oleh karena itu CV. Rempah Jaya membutuhkan pekerjaan yang tepat untuk dilakukan ketika ada kekosongan waktu. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk meningkatkan utilisasi waktu perusahaan CV. Rempah Jaya saat interval panen cengkeh. Pada penelitian ini dilakukan analisis situasi dengan menggunakan metode Kepner-Tregoe, kemudian dilakukan analisis eksternal dan internal dengan menggunakan metode Matriks Mendelow dan Analisis SWOT. Setelah itu, analisis akar penyebab dilakukan dengan menggunakan Diagram Ishikawa. Kemudian proses pengambilan keputusan dilakukan dengan menggunakan metode Analytical Hierarchy Process (AHP). Dari hasil metode AHP diperoleh nilai alternatif untuk tiga kriteria yang tersedia, yaitu distilasi minyak, campuran rempah, dan kolaborasi dengan industri makanan dan minuman dengan nilai 0,64, 0,19, dan 0,17.