Pandemi COVID-19 berdampak besar pada perkembangan industri obat dan permintaan
masyarakat terhadap imunomodulator sebagai bahan yang dapat memodulasi sistem imun.
Propolis merupakan bahan alam yang berpotensi sebagai imunomodulator karena kaya akan
kandungan senyawa fenolik dan flavonoid, akan tetapi karena karakteristik propolis yang kurang
menguntungkan dan kurangnya penelitian serta eksplorasi, penggunaan propolis sebagai
imunomodulator masih terbatas. Untuk mengatasi kekurangan propolis dari segi farmasetik,
dilakukan pengembangan ekstrak propolis dalam bentuk nanopartikel (ENP). Penelitian ini
bertujuan untuk menentukan karakteristik ENP dengan penapisan fitokimia dan analisis ukuran
partikel menggunakan PSA dan SEM, menentukan aktivitas imunomodulator ENP dengan dosis
5,04 mg/kg BB pada tikus galur wistar, dan mengembangkan formula ENP dalam sediaan tablet
konvensional. Karakteristik partikel ENP berbentuk poligonal tidak beraturan dalam ukuran 551,00
nm dengan indeks polidispersitas 0,485 serta positif mengandung senyawa fenolik dan flavonoid.
ENP dengan dosis 5,04 mg/kg BB mampu meningkatkan jumlah sel darah putih (323,16%) dan sel
limfosit (268,78%) dalam darah secara siginifikan pada hari ke-14 dibandingkan kontrol (86,92%;
90,19%). Pada organ limpa, ENP mampu meningkatkan indeks organ limpa (0,48%), diameter
pulpa putih (554,29 ?m), dan jumlah sel limfosit (129 sel) dibandingkan kontrol (0,43%; 483,26
?m; 89 sel) walaupun tidak signifikan. Pada organ hati, indeks organ naik secara signifikan pada
ENP (4,60%) dibandingkan kontrol (4,06%) dan menunjukkan signifikansi kelimpahan reseptor
manosa ENP (17,15%) dibandingkan kontrol (5,27%). Hasil ini menunjukkan bahwa ENP dengan
dosis 5,04 mg/kg BB memiliki aktivitas sebagai imunostimulan. Sediaan solid ENP dengan formula
PVP 5%, amilum 15%, talc 2%, magnesium stearat 2%, dan laktosa sebagai pengisi menghasilkan
tablet konvensional yang berkualitas baik dan memenuhi berbagai persyaratan uji evaluasi.