digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Pandemi COVID-19 berdampak besar pada perkembangan industri obat dan permintaan masyarakat terhadap imunomodulator sebagai bahan yang dapat memodulasi sistem imun. Propolis merupakan bahan alam yang berpotensi sebagai imunomodulator karena kaya akan kandungan senyawa fenolik dan flavonoid, akan tetapi karena karakteristik propolis yang kurang menguntungkan dan kurangnya penelitian serta eksplorasi, penggunaan propolis sebagai imunomodulator masih terbatas. Untuk mengatasi kekurangan propolis dari segi farmasetik, dilakukan pengembangan ekstrak propolis dalam bentuk nanopartikel (ENP). Penelitian ini bertujuan untuk menentukan karakteristik ENP dengan penapisan fitokimia dan analisis ukuran partikel menggunakan PSA dan SEM, menentukan aktivitas imunomodulator ENP dengan dosis 5,04 mg/kg BB pada tikus galur wistar, dan mengembangkan formula ENP dalam sediaan tablet konvensional. Karakteristik partikel ENP berbentuk poligonal tidak beraturan dalam ukuran 551,00 nm dengan indeks polidispersitas 0,485 serta positif mengandung senyawa fenolik dan flavonoid. ENP dengan dosis 5,04 mg/kg BB mampu meningkatkan jumlah sel darah putih (323,16%) dan sel limfosit (268,78%) dalam darah secara siginifikan pada hari ke-14 dibandingkan kontrol (86,92%; 90,19%). Pada organ limpa, ENP mampu meningkatkan indeks organ limpa (0,48%), diameter pulpa putih (554,29 ?m), dan jumlah sel limfosit (129 sel) dibandingkan kontrol (0,43%; 483,26 ?m; 89 sel) walaupun tidak signifikan. Pada organ hati, indeks organ naik secara signifikan pada ENP (4,60%) dibandingkan kontrol (4,06%) dan menunjukkan signifikansi kelimpahan reseptor manosa ENP (17,15%) dibandingkan kontrol (5,27%). Hasil ini menunjukkan bahwa ENP dengan dosis 5,04 mg/kg BB memiliki aktivitas sebagai imunostimulan. Sediaan solid ENP dengan formula PVP 5%, amilum 15%, talc 2%, magnesium stearat 2%, dan laktosa sebagai pengisi menghasilkan tablet konvensional yang berkualitas baik dan memenuhi berbagai persyaratan uji evaluasi.