Latar belakang dan tujuan: Malaria masih menjadi penyakit yang mengancam
dunia yang merugikan sebanyak 247 juta jiwa dan menyebabkan 619.000 kematian.
Untuk saat ini, terapi anti-malaria masih sangat bergantung pada senyawa
artemisinin yang sebagian besar dihasilkan dari tanaman aslinya. Kadar artemisinin
pada tanaman Artemisia annua L. yang sangat rendah berkaitan dengan jalur
biosintesisnya, dipengaruhi oleh enzim-enzim khusus yang terlibat dalam
pembentukannya. Rekayasa genetik menawarkan solusi potensial untuk
meningkatkan kandungan artemisinin dengan mengatur gen-gen yang terlibat
dalam biosintesis tersebut. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memasukkan gen
DBR2 dan P19 sebagai agen anti-silencing ke dalam kultur tanaman A. annua L.
melalui transformasi dengan mediasi Agrobacterium tumefaciens. Kemudian,
mengevaluasi dampaknya terhadap produksi artemisinin dan prekursornya, yaitu
asam artemisinat (AA) dan asam dihidroartemisinat (DHAA). Metode:
Keberadaan gen DBR2 dan P19 dikonfirmasi dengan hasil produk polymerase
chain reaction (PCR). Plasmid yang membawa gen DBR2 dan P19
ditransformasikan ke dalam A. tumefaciens dan diseleksi dengan penambahan
antibiotik ampisilin dan kanamisin. Lalu, di konfirmasi kembali menggunakan PCR
ii
dan menggunakan primer spesifik DBR2 dan P19. Setelah terkonfirmasi, A.
tumefaciens digunakan untuk mentransfer pCAMBIA1303-dbr2-p19 ke dalam
daun kultur jaringan tanaman A. annua L. yang telah ditumbuhkan dari biji steril,
menggunakan metode vakum infiltrasi. Hasil transformasi tersebut dievaluasi
melalui uji histokimia GUS. Instrumen Ultraperformance liquid chromatography
(UPLC)-ESI-MS/MS digunakan untuk mengukur kadar artemisinin, asam
artemisinat (AA), dan asam dihidroartemisinat (DHAA). Hasil: Dalam penelitian
ini, gen DBR2 dan P19 berhasil dikonfirmasi pada plasmid pCAMBIA1303.
Transformasi pada A. tumefaciens AGL1 berhasil dilakukan dengan menggunakan
metode freeze-thaw dan dikonfirmasi melalui PCR. Kultur jaringan tanaman dari
biji A. annua L. telah siap untuk diinfeksi oleh A. tumefaciens AGL1 menggunakan
metode vakum infiltrasi. Berdasarkan uji histochemical GUS, gen berhasil
dimasukkan ke dalam daun A. annua L. secara transcient dengan efisiensi sebesar
48,2%. Hasil tranformasi ini dievaluasi dengan UPLC-ESI-MS/MS dan
menunjukkan bahwa kadar artemisinin pada sampel hasil transformasi dengan
pCAMBIA-dbr2-p19, AGL1 tanpa plasmid, terdeteksi tetapi tidak dapat
terkuantifikasi. Kadar artemisinin pada daun wild type terdeteksi dan dapat
terkuantifikasi dengan hasil sebesar 0,008% dari berat segarnya. Sedangkan untuk
prekursor asam artemisinat dan dihidroartemisinat, tidak terdeteksi pada sampel
hasil transformasi. Namun, hanya dapat terdeteksi pada wild type. Prekursorprekursor ini kemungkinan hilang selama proses ko-kultivasi yang dilakukan
selama 3 hari. Kesimpulan: Gen DBR2 dan gen anti-silencing P19 dapat
dimasukkan ke dalam A. tumafaciens AGL1 dan berhasil ditransformasi ke daun A.
annua L. Kadar artemisinin terdeteksi, tetapi kadar asam artemisinat dan
dihidroartemisinat tidak terdeteksi.