digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Malaria merupakan penyakit infeksi parasit yang serius dalam dunia kesehatan. Pengobatan malaria umumnya menggunakan beberapa macam obat golongan aminoquinolin. Awalnya obat tersebut menjadi pilihan utama, namun berangsur-angsur terjadi resistensi mikroba terhadap obat tersebut sehingga diperlukan obat baru yang lebih efektif. Pada tahun 2005, WHO merekomendasikan terapi berbasis kombinasi dengan artemisinin atau disebut ACTs (artemisinin-based combined therapies) sebagai pengobatan pilihan pertama pada kasus malaria. Namun, kadar artemisinin dalam tanaman Artemisia annua L. sangat rendah, sehingga upaya peningkatan produksi artemisinin melalui transformasi genetik terhadap enzim-enzim yang berperan menjadi riset utama yang banyak dikembangkan. Artemisinic aldehyde ?11(13) reductase (DBR2) merupakan salah satu enzim yang memiliki peranan penting dalam biosintesis artemisinin. Penelitian ini bertujuan untuk menyisipkan gen artemisinic aldehyde ?11(13) reductase (DBR2) pada vektor biner pCAMBIA 1303. Dilakukan pembuatan gen sintetik DBR2 yaitu dengan menambahkan sisi pemotongan BglII dan SpeI pada gen DBR2. Gen sintetik pengkode DBR2 yang telah tersisipkan dalam vektor kloning pUC57 dipindahkan ke dalam vektor biner pCAMBIA 1303 melalui metode berbasis ligasi. Sebelum dilakukan ligasi vektor biner pCAMBIA 1303 dan gen DBR2 tersebut dipotong dengan menggunakan enzim restriksi BglII dan SpeI. Hasil ligasi ditransformasikan ke dalam E.coli DH5 . Plasmid rekombinan yang diperoleh dari hasil transformasi tersebut kemudian dikonfirmasi kebenarannya melalui analisis migrasi, analisis restriksi, produk PCR dengan primer spesifik gen DBR2, dan penentuan urutan DNA sisipan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa gen DBR2 telah berhasil disisipkan ke dalam vektor biner pCAMBIA 1303, sehingga menghasilkan plasmid rekombinan pCAMBIA 1303-DBR2. Hal tersebut dikonfirmasi melalui jarak migrasi yang lebih dekat pada plasmid rekombinan pCAMBIA 1303-DBR2 dibandingkan dengan plasmid pCAMBIA 1303 kosong dan plasmid pUC57- DBR2, pemotongan pCAMBIA 1303-DBR2 dan pCAMBIA 1303 kosong menunjukkan hasil pemotongan dengan ukuran berbeda. Produk PCR menunjukkan keberadaan pita gen pada ukuran 1100 pb yang merupakan ukuran gen DBR2. Sedangkan pada penentuan urutan gen DBR2 belum dapat dikonfirmasi dengan baik sehingga perlu dilakukan optimalisasi kembali.