Malaria merupakan penyakit infeksi parasit yang serius dalam dunia kesehatan.
Pengobatan malaria umumnya menggunakan beberapa macam obat golongan
aminoquinolin. Awalnya obat tersebut menjadi pilihan utama, namun berangsur-angsur
terjadi resistensi mikroba terhadap obat tersebut sehingga diperlukan obat baru yang lebih
efektif. Pada tahun 2005, WHO merekomendasikan terapi berbasis kombinasi dengan
artemisinin atau disebut ACTs (artemisinin-based combined therapies) sebagai pengobatan
pilihan pertama pada kasus malaria. Namun, kadar artemisinin dalam tanaman Artemisia
annua L. sangat rendah, sehingga upaya peningkatan produksi artemisinin melalui
transformasi genetik terhadap enzim-enzim yang berperan menjadi riset utama yang
banyak dikembangkan. Artemisinic aldehyde ?11(13) reductase (DBR2) merupakan salah
satu enzim yang memiliki peranan penting dalam biosintesis artemisinin. Penelitian ini
bertujuan untuk menyisipkan gen artemisinic aldehyde ?11(13) reductase (DBR2) pada
vektor biner pCAMBIA 1303. Dilakukan pembuatan gen sintetik DBR2 yaitu dengan
menambahkan sisi pemotongan BglII dan SpeI pada gen DBR2. Gen sintetik pengkode
DBR2 yang telah tersisipkan dalam vektor kloning pUC57 dipindahkan ke dalam vektor
biner pCAMBIA 1303 melalui metode berbasis ligasi. Sebelum dilakukan ligasi vektor
biner pCAMBIA 1303 dan gen DBR2 tersebut dipotong dengan menggunakan enzim
restriksi BglII dan SpeI. Hasil ligasi ditransformasikan ke dalam E.coli DH5 . Plasmid
rekombinan yang diperoleh dari hasil transformasi tersebut kemudian dikonfirmasi
kebenarannya melalui analisis migrasi, analisis restriksi, produk PCR dengan primer
spesifik gen DBR2, dan penentuan urutan DNA sisipan. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa gen DBR2 telah berhasil disisipkan ke dalam vektor biner pCAMBIA 1303,
sehingga menghasilkan plasmid rekombinan pCAMBIA 1303-DBR2. Hal tersebut
dikonfirmasi melalui jarak migrasi yang lebih dekat pada plasmid rekombinan pCAMBIA
1303-DBR2 dibandingkan dengan plasmid pCAMBIA 1303 kosong dan plasmid pUC57-
DBR2, pemotongan pCAMBIA 1303-DBR2 dan pCAMBIA 1303 kosong menunjukkan
hasil pemotongan dengan ukuran berbeda. Produk PCR menunjukkan keberadaan pita gen
pada ukuran 1100 pb yang merupakan ukuran gen DBR2. Sedangkan pada penentuan
urutan gen DBR2 belum dapat dikonfirmasi dengan baik sehingga perlu dilakukan
optimalisasi kembali.