Perubahan tutupan lahan hutan merupakan peristiwa yang akan selalu terjadi seiring
perkembangan kebutuhan manusia. Sebagian besar desa provinsi Sumatera Barat
tercatat berlokasi di dalam hutan dan di sekitar hutan. Tutupan lahan hutan
Sumatera Barat ini terus mengalami pengurangan yang diakibatkan oleh
pembukaan lahan untuk kepentingan masyarakat sekitar, pembukaan lahan untuk
tambang, jalan, perkebunan, pertanian dan terjadinya kebakaran. Pada kasus ini
belum terdapat kajian khusus untuk melakukan analisis mendalam terkait faktor
pendorong perubahan tutupan lahan hutan di Sumatera Barat.
Kajian penelitian ini menggunakan metode random forest dengan tujuan
memprediksi perubahan tutupan lahan hutan dan mengidentifikasi faktor
pendorong yang paling berkontribusi. Selanjutnya dilakukan analisis terkait faktor
pendorong ini di lokasi penelitian.
Akurasi prediksi perubahan tutupan lahan hutan, tertinggi sebesar 0,99 yaitu hutan
mangrove primer dan hutan rawa sekunder. Akurasi terendah sebesar 0,93 untuk
prediksi perubahan dari penggabungan data seluruh jenis hutan di Sumatera Barat.
Hasil perhitungan permutation importance menunjukan bahwa faktor pendorong
yang paling mempengaruhi adalah curah hujan, jarak ke kota dan jarak ke jalan.
Curah hujan yang beragam di Sumatera Barat memberikan dampak berbeda
terhadap tutupan lahan hutan kering sekunder dan primer, seperti perubahannya
menjadi tutupan lahan jenis lain. Salah satu pengaruh curah hujan yang rendah
membuat hutan berubah menjadi pertanian lahan kering. Hutan yang dipengaruhi
jarak ke kota yaitu hutan mangrove dan hutan rawa yang berubah menjadi
permukiman dan pertanian lahan kering, dibuktikan dengan lokasi prediksi hutan
yang berubah dekat dengan permukiman dan aktifitas ekonomi. Tutupan lahan
hutan yang dipengaruhi oleh jarak ke jalan yaitu hutan tanaman, dibuktikan dengan
lokasi prediksi perubahan tutupan lahan hutan menjadi pertanian dan perkebunan
memiliki akses jalan yang memadai. Sehingga mempermudah aktifitas transportasi
produk pertanian dari ladang ke pasar atau pabrik pengolahan. Hasil analisis
diharapkan dapat dijadikan sebagai pedoman dalam mengambil tindakan preventif
sesuai dengan kebijakan guna melestarikan tutupan lahan hutan dan kesejahteraan
manusia.