digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Perubahan tutupan lahan hutan merupakan peristiwa yang akan selalu terjadi seiring perkembangan kebutuhan manusia. Sebagian besar desa provinsi Sumatera Barat tercatat berlokasi di dalam hutan dan di sekitar hutan. Tutupan lahan hutan Sumatera Barat ini terus mengalami pengurangan yang diakibatkan oleh pembukaan lahan untuk kepentingan masyarakat sekitar, pembukaan lahan untuk tambang, jalan, perkebunan, pertanian dan terjadinya kebakaran. Pada kasus ini belum terdapat kajian khusus untuk melakukan analisis mendalam terkait faktor pendorong perubahan tutupan lahan hutan di Sumatera Barat. Kajian penelitian ini menggunakan metode random forest dengan tujuan memprediksi perubahan tutupan lahan hutan dan mengidentifikasi faktor pendorong yang paling berkontribusi. Selanjutnya dilakukan analisis terkait faktor pendorong ini di lokasi penelitian. Akurasi prediksi perubahan tutupan lahan hutan, tertinggi sebesar 0,99 yaitu hutan mangrove primer dan hutan rawa sekunder. Akurasi terendah sebesar 0,93 untuk prediksi perubahan dari penggabungan data seluruh jenis hutan di Sumatera Barat. Hasil perhitungan permutation importance menunjukan bahwa faktor pendorong yang paling mempengaruhi adalah curah hujan, jarak ke kota dan jarak ke jalan. Curah hujan yang beragam di Sumatera Barat memberikan dampak berbeda terhadap tutupan lahan hutan kering sekunder dan primer, seperti perubahannya menjadi tutupan lahan jenis lain. Salah satu pengaruh curah hujan yang rendah membuat hutan berubah menjadi pertanian lahan kering. Hutan yang dipengaruhi jarak ke kota yaitu hutan mangrove dan hutan rawa yang berubah menjadi permukiman dan pertanian lahan kering, dibuktikan dengan lokasi prediksi hutan yang berubah dekat dengan permukiman dan aktifitas ekonomi. Tutupan lahan hutan yang dipengaruhi oleh jarak ke jalan yaitu hutan tanaman, dibuktikan dengan lokasi prediksi perubahan tutupan lahan hutan menjadi pertanian dan perkebunan memiliki akses jalan yang memadai. Sehingga mempermudah aktifitas transportasi produk pertanian dari ladang ke pasar atau pabrik pengolahan. Hasil analisis diharapkan dapat dijadikan sebagai pedoman dalam mengambil tindakan preventif sesuai dengan kebijakan guna melestarikan tutupan lahan hutan dan kesejahteraan manusia.