Metode geomagnetik banyak diaplikasikan dalam berbagai bidang seperti pemetaan
struktur, identifikasi zona mineralisasi, dan lain-lain. Namun dalam penerapannya,
proses interpretasi data anomali geomagnetik cenderung sulit dilakukan, salah satunya
karena adanya medan magnetik bumi yang bersifat dipole, terlebih untuk daerah
penelitian yang memiliki posisi latitude rendah. Oleh karena itu, pada penelitian ini
dilakukan kajian mengenai pentingnya metode untuk mentransformasi anomali dipole
menjadi monopole. Metode yang digunakan adalah metode Reduce to Pole, Reduce to
Equator, Transformasi Hilbert, dan Pseudo-Gravity. Adapun persamaan yang
digunakan pada metode RTP adalah persamaan umum RTP, Pseudo-inclination (PI),
dan Nonlinear thresholding (NTRTP). Selain itu, dilakukan pembuatan program
perhitungan RTP dan RTE menggunakan bahasa pemrograman Matlab, serta
pembuatan berbagai model sintetik untuk mempelajari pengaruh nilai inklinasi dan
dimensi serta posisi benda terhadap respons anomali magnetik yang dihasilkan.
Analisis kuantitatif dilakukan dengan menghitung koefisien korelasi antara data
sintetik pada inklinasi 900 (kutub) dengan hasil perhitungan pada setiap metode. Hasil
pengujian data sintetik dengan inklinasi rendah (kurang dari 50) menunjukkan bahwa
metode NTRTP memberikan hasil yang sangat baik, dengan nilai koefisien korelasi
0.78-0.95, sedangkan metode persamaan umum dan pseudo-inclination menghasilkan
nilai koefisien korelasi sebesar 0.4101 pada inklinasi 50 dan 0.9933 pada inklinasi 300.
Metode Reduce to Equator memberikan hasil yang baik pula dengan koefisien korelasi
0.80, Secara kualitatif, metode pseudogravity menunjukkan lokasi anomali dengan
tepat serta menghilangkan pengaruh dipole, sedangkan metode Transformasi Hilbert
hanya dapat mengidentifikasi lokasi anomali pada inklinasi 300. Implementasi data
lapangan pada penelitian ini dilakukan pada data magnetik di daerah panas bumi
Gunung Pandan. Hasil perhitungan RTP ketiga metode pada data lapangan mampu
menghilangkan efek dipole sehingga proses interpretasi dapat dilakukan dengan lebih
mudah. Peta RTP menunjukkan bahwa setiap metode memiliki rentang nilai anomali
dari -800 nT hingga 1000 nT. Hasil pseudogravity menunjukkan adanya anomali
rendah di bagian selatan, dan anomali tinggi di bagian utara daerah penelitian.
Berdasarkan hasil perhitungan, metode RTE dan Transformasi Hilbert masih
menunjukkan anomali yang bersifat dipole, sehingga interpretasi sulit untuk dilakukan.
Berdasarkan analisis peta RTP-PU serta peta sebaran anomali residual yang didukung
informasi geologi dan geofisika, dapat diidentifikasi beberapa struktur sesar dengan
arah N-S, serta anomali tinggi ditemukan di lokasi Gunung Pandan, yang diperkirakan
sebagai intrusi batuan beku andesitik. Selain itu, anomali rendah juga ditemukan di
sekitar mata air panas Banyukuning yang diduga sebagai jalur keluarnya manifestasi
air panas.