ABSTRAK Fichri Firmansyah.pdf
Terbatas  Devi Septia Nurul
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Devi Septia Nurul
» Gedung UPT Perpustakaan
ABSTRAK Fichri Firmansyah II.pdf
Terbatas  Devi Septia Nurul
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Devi Septia Nurul
» Gedung UPT Perpustakaan
COVER FICHRI FIRMANSYAH
Terbatas  Devi Septia Nurul
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Devi Septia Nurul
» Gedung UPT Perpustakaan
BAB1 FICHRI FIRMANSYAH
Terbatas  Devi Septia Nurul
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Devi Septia Nurul
» Gedung UPT Perpustakaan
BAB2 FICHRI FIRMANSYAH
Terbatas  Devi Septia Nurul
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Devi Septia Nurul
» Gedung UPT Perpustakaan
BAB3 FICHRI FIRMANSYAH
Terbatas  Devi Septia Nurul
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Devi Septia Nurul
» Gedung UPT Perpustakaan
BAB4 FICHRI FIRMANSYAH
Terbatas  Devi Septia Nurul
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Devi Septia Nurul
» Gedung UPT Perpustakaan
BAB5 FICHRI FIRMANSYAH
Terbatas  Devi Septia Nurul
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Devi Septia Nurul
» Gedung UPT Perpustakaan
PUSTAKA FICHRI FIRMANSYAH
Terbatas  Devi Septia Nurul
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Devi Septia Nurul
» Gedung UPT Perpustakaan
Metode geomagnetik dapat digunakan untuk eksplorasi regional dalam memenuhi
kebutuhan sumber daya alam, seperti panasbumi. Anomali geomagnetik bersifat
dipole, sehingga interpretasi body anomali menjadi lebih sulit dilakukan. Oleh
karena itu, diperlukan filter untuk mengubah data geomagnetik menjadi monopole.
Dalam penelitian ini, digunakan filter berupa reduced to the pole (RTP), reduced
to the equator (RTE), dan transformasi Hilbert. Beberapa model sintetik digunakan
untuk mempelajari pengaruh filter tersebut dalam proses interpretasi body anomali.
Kemudian, data lapangan juga digunakan untuk memperkuat kesimpulan yang telah
didapat dari data sintetik. Variasi data sintetik dibuat berdasarkan perbedaan
dimensi, lokasi, kedalaman, serta inklinasinya. Hasil filtering pada penelitian ini
diamati secara kualitatif dari pola anomali pada model dan secara kuantitatif dari
persentase rata-rata ketepatan jumlah anomali sebenarnya serta jarak antara titik
tertinggi (RTP dan Hilbert) atau terendah (RTE) terhadap pusat body anomali
sebenarnya. Secara kualitatif, RTP menjadi filter yang paling baik berdasarkan pola
anomali yang terlihat di tiap model. Secara kuantitatif, RTP juga menjadi filter yang
paling baik dengan jarak peak anomali terhadap pusat body anomalinya paling kecil
dan persentase rata-rata ketepatan jumlah anomali paling besar, yaitu 87%. RTE
memiliki hasil analisis yang tidak sebaik RTP. Hal ini dapat dilihat dari kasus dua
body anomali yang jaraknya berdekatan dan tidak dapat teridentifikasi dari hasil
filtering RTE, sedangkan RTP mampu mengidentifikasi dengan jelas. Secara
kuantitatif, RTE memiliki persentase rata-rata ketepatan jumlah anomali sebesar
79,34%. Sementara, transformasi Hilbert terbatas pada sudut inklinasi dan
cenderung cocok diterapkan pada data geomagnetik yang memiliki sudut inklinasi
mendekati 45o. Transformasi Hilbert memiliki persentase rata-rata ketepatan
jumlah anomali sebesar 83,34%. Pada data lapangan yang memiliki sudut inklinasi
rendah (-31,319o) dan latitude rendah (-7,33528o), terlihat bahwa seluruh filter
cenderung efektif digunakan, tetapi RTP cenderung lebih baik karena memiliki
kontras intensitas magnetik yang paling besar. Kemudian, indikasi lokasi anomali
terdeteksi pada rentang area 588000 – 588500 UTM X dan 9175000 – 9176000
UTM Y, berupa anomali sistem panasbumi.