digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800








2023_TS_PP_RINALDI_BHAYANGKARA _DAFUS.pdf
EMBARGO  2026-08-11 

2023_TS_PP_RINALDI_BHAYANGKARA _LAMPIRAN.pdf
EMBARGO  2026-08-11 

Pada tahun 2018, prevalensi stunting di Kabupaten Sumedang tergolong tinggi, mencapai 32,20%. Kondisi ini mendorong Kabupaten Sumedang untuk mengambil berbagai langkah intervensi, yang menghasilkan dampak positif dalam menurunkan angka stunting. Berdasarkan data Bulan Penimbangan Balita (BPB), prevalensi stunting di Kabupaten Sumedang menunjukkan penurunan dalam 3 tahun terakhir, yaitu 12,05% pada tahun 2020, 10,99% pada tahun 2021, dan 8,27% pada tahun 2022. Keberhasilan penurunan angka stunting ini terjadi karena dukungan dari semua pihak terkait, baik dari pemerintah maupun non-pemerintah, dengan menerapkan konsep collaborative governance. Studi ini menggunakan metode kualitatif untuk melihat proses collaborative governance dalam mengatasi stunting, mulai dari kondisi awal proses pembentukan hingga dampaknya. Selain itu, peran dan hubungan antara para aktor dalam kolaborasi pencegahan stunting di Kabupaten Sumedang juga ditelusuri menggunakan metode analisis jaringan sosial. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kondisi awal mendukung kolaborasi, desain kelembagaan, kepemimpinan fasilitatif, proses kolaborasi berdasarkan indikator dialog tatap muka, membangun kepercayaan, komitmen pada proses, berbagi pemahaman, dan hasil sementara serta dampak telah berjalan dengan baik dalam kolaborasi ini. Terkait peran dan hubungan antara para aktor dalam kolaborasi, Badan Perencanaan Pembangunan Penelitian dan Pengembangan Daerah Kabupaten Sumedang, Dinas Kesehatan Kabupaten Sumedang, dan Dinas Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana Kabupaten Sumedang menjadi aktor yang paling menonjol dan berpengaruh dalam upaya pencegahan stunting di Kabupaten Sumedang. Diharapkan keberhasilan penerapan collaborative governance dalam pencegahan stunting di Kabupaten Sumedang dapat dijadikan contoh untuk daerah lain dan diterapkan pada program-program lainnya.