digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

ABSTRAK Lillah Asritafriha
PUBLIC Irwan Sofiyan

Kemunculan bakteri yang resisten terhadap antibiotik cenderung lebih cepat dibandingkan dengan penemuan antibiotik baru. Hal ini berdampak pada kemunculan penyakit menular yang serius. Pada penelitian sebelumnya, telah diperoleh Streptomyces aureofaciens A3 yang diisolasi dari spons asal Pantai Ranca Buaya, Jawa Barat. Streptomyces aureofaciens A3 memiliki aktivitas antibakteri terhadap Escherichia coli, Staphylococcus aureus, Bacillus subtilis, dan Pseudomonas aeruginosa. Sebanyak 85 senyawa metabolit kandidat obat telah berhasil diidentifikasi dengan GC-MS. Namun, senyawa–senyawa dari penelitian sebelumnya masih berupa senyawa campuran dari crude extract Streptomyces aureofaciens A3 sehingga perlu dilakukan optimasi downstream untuk memisahkan senyawa potensial antibakteri. Tujuan dari penelitian ini adalah: 1) Melakukan optimasi proses downstream untuk memperoleh kelompok senyawa antibakteri berkategori kuat menggunakan kromatografi kolom silika gel; 2) Menentukan fraksi metabolit yang memiliki aktivitas antibakteri berkategori kuat dengan nilai MIC50 dan MIC90 terbaik terhadap bakteri uji E. coli, S. aureus, B. subtilis, dan P. aeruginosa; dan 3) Menentukan hasil pemisahan senyawa antibakteri dengan analisis GC-MS. Produksi senyawa antibakteri isolat Streptomyces aureofaciens A3 dilakukan menggunakan media ISP-4 A pada kepadatan sel ~105 CFU/mL dengan konsentrasi awal 10% (v/v), suhu 26 ± 2oC, waktu 14 hari, agitasi 150 rpm. Ekstraksi dilakukan dengan pelarut etil asetat dan ekstrak kasar dipisahkan menggunakan kromatografi kolom silika gel dengan pelarut kloroform: metanol (19:1, 9:1, 4:1, 7:3: 1:1, 100%v/v) dengan laju alir 0.4 ml/menit. Uji aktivitas antibakteri terhadap Escherichia coli, Staphylococcus aureus, Bacillus subtilis, dan Pseudomonas aeruginosa dilakukan menggunakan metode Kirby-Bauer dengan konsentrasi ekstrak 10 mg/ml, sedangkan uji MIC dilakukan dengan metode microdilution menggunakan media NB. Identifikasi metabolit dilakukan menggunakan GC-MS. Uji antibakteri ekstrak etil asetat tertinggi diperoleh pada hari ke-9 (D9) dan hari ke-12 (D12). Dari pemisahan kromatografi kolom, diperoleh fraksi akhir D9 sebanyak 5 fraksi (9.I-9.V) dan D12 sebanyak 8 fraksi (12.I-12.VIII). Fraksi – fraksi hasil pemisahan memiliki aktivitas antibakteri berkategori kuat terhadap S. aureus (9.II, 9.IV, 9.V, 12.I, 12.II, 12.III, 12.IV, 12.VI, dan 12.VII), E. coli (12.IV), P. aeruginosa (12.II dan 12.VI), dan B. subtilis (9.V, 12.II, dan 12.III). MIC50 dari fraksi D9 dan D12 terbaik terhadap S. aureus, E. coli, P. aeruginosa, dan B. subtilis berturut – turut didapatkan dari fraksi 9.IV (28,125 ?g/ml) dan 12.VII (162,49 ?g/ml); fraksi 9.IV (28,125 ?g/ml) dan 12.VI (45,83 ?g/ml), fraksi 9.II (109,68 ?g/ml) dan 12.III (169,46 ?g/ml); serta fraksi 9.II (80,21 ?g/ml) dan 12.VII (160,02 ?g/ml). MIC90 dari fraksi D9 dan D12 terbaik terhadap S. aureus, E. coli, P. aeruginosa, dan B. subtilis berturut – turut diperoleh dari fraksi 9.IV (28,125 ?g/ml) dan 12.VI (45,83 ?g/ml); fraksi 9.IV (28,125 ?g/ml) dan 12.VI (45,83 ?g/ml); fraksi 9.IV (67,61 ?g/ml) dan 12.VII (85,42 ?g/ml); serta 9.II (80,21 ?g/ml) dan 12.IV (60,42 ?g/ml). Hasil analisis GC-MS menunjukkan bahwa triazine yang diidentifikasi sebagai N,N-Diethyl-N',N'-Diphenyl-6-Pyroll-1-YL-[1,3,5]Triazine-2,4-Diamine memiliki korelasi positif yang signifikan terhadap E. coli (p < ,05). Penemuan senyawa triazine ini merupakan yang pertama kali dilaporkan berasal dari Streptomyces laut, sehingga hal ini menjadi strategi yang berguna dalam pengembangan penemuan dan antibiotik baru di masa depan.