digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

COVER Tirta mandira hudhi
PUBLIC Open In Flip Book Roosalina Vanina Viyazza

BAB 1 Tirta mandira hudhi
PUBLIC Open In Flip Book Roosalina Vanina Viyazza

BAB 2 Tirta mandira hudhi
PUBLIC Open In Flip Book Roosalina Vanina Viyazza

BAB 3 Tirta mandira hudhi
PUBLIC Open In Flip Book Roosalina Vanina Viyazza

BAB 4 Tirta mandira hudhi
PUBLIC Open In Flip Book Roosalina Vanina Viyazza

BAB 5 Tirta mandira hudhi
PUBLIC Open In Flip Book Roosalina Vanina Viyazza

PUSTAKA Tirta mandira hudhi
PUBLIC Open In Flip Book Roosalina Vanina Viyazza

Berdasarkan data dari kemenperin di tahun 2019, industri sepatu lokal terus berkembang. Hal ini juga tercermin pada salah satu brand sepatu lokal yang telah berdiri sejak 1999, yaitu PIERO. Produk sepatu lokal piero telah berdiri selama lebih dari 20 tahun dan mencapai puncak penjualan pada tahun 2018. Sayangnya akibat pandemi covid19, brand sepatu ini harus menyusun strategi marketing yang lebih tepat untuk menyesuaikan dengan perkembangan dunia digital khususnya bidang media sosial. Strategi yang paling mungkin dilakukan PIERO adalah berkolaborasi dengan Brand Ambassador digital. Sejauh ini ada dua jenis brand ambassador digital yaitu: influencer mikro dan makro. Piero harus segera menentukan strategi pemilihan Brand ambassador yang tepat, dikarenakan kompetitor terdekat mereka telah lebih dulu menggunakan strategi ini setelah pandemi covid19. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui efektivitas brand Ambassador mikro dan makro terkait dengan penyampaian bahasa marketing secara halus atau lugas dengan tingkat kepercayaan produk, keputusan untuk membeli, serta citra merek pada sepatu Piero. Penelitian ini menggunakan desain kuantitatif. Untuk melakukan penelitian, penulis merekrut 339 peserta dari media sosial online kemudian secara acak dibagi ke salah satu dari empat grup dengan kondisi: mikro influencer dengan bahasa penjualan halus, mikro influencer dengan bahasa penjualan lugas, makro influencer dengan bahasa penjualan halus dan makro influencer dengan bahasa penjualan lugas. Semua peserta survey kemudian diminta untuk melihat konten yang telah dibuat oleh influencer untuk selanjutnya mengisi pertanyaan pada kuesioner. Hasil jawaban lalu dianalisis menggunakan spss 22. Berdasarkan hasil analisis penelitian dengan menggunakan spss 22, penulis dapat menyimpulkan bahwa : Micro brand Ambassador dengan bahasa soft selling lebih efektif dalam meningkatkan kepercayaan merek dan keputusan pembelian, sedangkan Macro brand Ambassador dengan bahasa hard selling lebih efektif dalam merepresentasikan citra merek yang baik kepada konsumen.