Di era globalisasi ini, pertumbuhan perusahaan dan institusi multinasional terjadi sangat pesat. Batasan negara maupun budaya yang mulanya dianggap sebagai penghalang kini cenderung diabaikan, tergantikan dengan strategi ekspansi ke berbagai wilayah di belahan dunia. Fenomena ini pun berlaku tidak hanya di perusahaan dengan orientasi profit, namun juga di banyak organisasi non-profit dan badan pemerintahan. Oleh karena itu, hal yang selanjutnya tidak terhindarkan adalah meleburnya para pekerja dalam sebuah keberagaman tim, terdiri dari kewarganegaraan, budaya, bahasa, dan kebiasaan yang berbeda.
Institut Français Indonesia, atau dikenal dengan sebutan IFI, adalah salah satu organisasi non-profit yang mulai berdiri sejak tahun 2012 sebagai hasil gabungan dari layanan kebudayaan di Kedutaan Besar Prancis di Indonesia (SCAC) dan pusat-pusat kebudayaan Prancis (CCF) yang sudah hadir di Indonesia sejak 70 tahun terakhir. Misi utama IFI adalah untuk melakukan kerja sama lintas-budaya antara Prancis dan Indonesia, yang terfokus di lima bidang: kebudayaan, linguistik, pendidikan, isu global, serta ilmu pengetahuan. Dengan tujuan tersebut, IFI tentunya menghadapi banyak tantangan dari segi perbedaan budaya; penetrasi perspektif Prancis ke dalam sudut pandang para partner di Indonesia tidak selalu berjalan mudah. Namun, tantangan tersebut tidak hanya terjadi pada segi eksternal. Para karyawan IFI, yang umumnya terdiri dari dua kewarganegaraan yang berbeda (Prancis dan Indonesia), juga mengalami beberapa kendala dalam pekerjaan mereka sehari-hari. Perbedaan kultur, bahasa, dan kebiasaan menciptakan perbedaan pendapat dan miskomunikasi yang bisa menghambat kolaborasi penggarapan proyekproyek IFI.
Tujuan penelitian ini adalah mengidentifikasi akar masalah dari situasi yang terjadi di lingkungan para karyawan IFI, untuk selanjutnya menjabarkan alternatif solusi dan rekomendasi rencana implementasi dari solusi yang terpilih guna mengatasi permasalahan tersebut. Penelitian ini menggunakan metode campuran; kerangka penelitian yang digunakan berupa studi kasus dengan metode pengumpulan data melalui kuesioner, observasi dan wawancara terstruktur. Beberapa teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah budaya nasional, enam dimensi dari budaya nasional oleh Hofstede, serta budaya organisasi melalui Organizational Culture Assessment Instrument (OCAI). Hasil dari penelitian menunjukkan adanya kesenjangan ekspektasi antara pegawai dari Indonesia dan pegawai dari Prancis yang bekerja di IFI. Peneliti mengusulkan rencana implementasi budaya organisasi yang dapat menjembatani kesenjangan tersebut, agar dapat memaksimalkan efektivitas proses manajemen proyek di lingkungan kerja IFI.