Transportasi udara merupakan salah satu moda transportasi yang paling umum
digunakan, bahkan diprediksi bahwa jumlah pesawat terbang akan terus mengalami
peningkatan hingga tahun 2040 mencapai dua kali lipat dibanding tahun 2020.
Material yang digunakan untuk badan serta sayap pesawat terbang harus memenuhi
beberapa kriteria seperti kekuatan yang tinggi, ketahanan lelah yang baik,
ketangguhan yang tinggi, serta ketahanan korosi yang memadai. Salah satu paduan
yang dinilai dapat memenuhi kriteria tersebut serta umum digunakan adalah paduan
aluminium 2024 (AA2024). Meski begitu, AA2024 rentan terhadap korosi setempat
seperti stress corrosion cracking (SCC). Pengoperasian pesawat terbang di atas
permukaan laut menyebabkan deposit dari ion klorida yang memfasilitasi untuk
terjadinya SCC. Ketahanan SCC dapat ditingkatkan melalui berbagai cara, salah
satunya adalah dengan perlakuan panas. Akan tetapi, pada perlakuan panas satu
tahap, kekuatan berbanding terbalik dengan ketahanan SCC sehingga tidak
mungkin didapatkan kombinasi kekuatan dan ketahanan SCC yang baik.
Retrogression and reaging (RRA) merupakan metode perlakuan panas yang
dikembangkan untuk meningkatkan ketahanan SCC tanpa penurunan sifat mekanik
secara signifikan. Perlakuan panas RRA telah dikembangkan dari tahun 1989 untuk
paduan aluminium seri 7000, namun pengaruh perlakuan panas RRA terhadap
paduan aluminium lain yang dapat dilakukan perlakuan panas masih belum
dipahami dengan baik. Pada penelitian ini dipelajari pengaruh dari parameter proses
perlakuan panas RRA pada paduan AA2024 untuk mendapatkan pemahaman dari
pengaruh parameter proses serta mendapatkan parameter optimum untuk
mendapatkan kombinasi sifat mekanik serta ketahanan SCC terbaik.
Parameter proses RRA yang dipelajari adalah kondisi preaging, temperatur
retrogression, durasi retrogression, serta durasi reaging. Pengujian ketahanan SCC
dilakukan dengan menggunakan metode pembebanan tetap dengan pembebanan
sebesar 75% dari nilai kekuatan luluh AA2024-T6 atau sebesar 250 MPa. Simulasi
lingkungan korosif yang mengandung ion klorida adalah dengan menggunakan
larutan NaCl dengan konsentrasi 5% (persen berat). Pengujian dilakukan hingga
sampel mengalami kegagalan atau dihentikan setelah 10 hari. Kerentanan terhadap
SCC ditentukan berdasarkan durasi hingga mengalami patahan serta laju
pertambahan panjang. Selain dengan pembebanan tetap pada lingkungan korosif,
ketahanan SCC juga diukur melalui pengukuran konduktivitas listrik. Sifat mekanik
yang dipelajari adalah kekerasan, kekuatan, serta elongasi saat patah yang
dilakukan melalui uji kekerasan dan uji tarik. Analisis menggunakan optical
micrsoccope (OM) serta scanning electron microscope (SEM) dilakukan untuk
melihat pengaruh parameter proses RRA terhadap mikrostruktur AA2024. Sampel
pengujian SCC yang mengalami kegagalan dilihat menggunakan SEM untuk
menganalisis permukaan patahan.
Kondisi reaging berupa natural aging (NA) atau temper designation T4
menghasilkan sifat mekanik berupa kekuatan dan kekerasan yang secara signifikan
lebih tinggi dibanding artificial aging (AA) atau temper designation T6. Pada
sampel dengan preaging berupa AA, peningkatan temperatur retrogression, durasi
retrogression, serta durasi reaging menyebabkan penurunan kekuatan dan
kekerasan. Pada sampel dengan preaging berupa NA, peningkatan temperatur
retrogression menyebabkan penurunan kekuatan sedangkan peningkatan durasi
retrogression maupun reaging menyebabkan peningkatan kekuatan dan kekerasan.
Kemampuan bentuk pada sampel dengan kondisi preaging berupa AA lebih tinggi
dibanding sampel dengan preaging berupa NA ditinjau dari nilai strain hardening
exponent. Ketahanan SCC pada sampel dengan preaging berupa AA akan
mengalami peningkatan seiring dengan peningkatan temperatur retrogression,
durasi retrogression, serta durasi reaging. Sementara itu, pada sampel dengan
preaging berupa NA, peningkatan temperatur retrogression menghasilkan
peningkatan terhadap ketahanan SCC sedangkan peningkatan durasi retrogression
maupun reaging menghasilkan kecenderungan dari penurunan ketahanan SCC.
Sampel RT-1 dan RD-3 memiliki kekuatan dan kekerasan yang tinggi, namun
memiliki ketahanan SCC yang cukup buruk. Sampel RT-2, RD-2, dan SA-2
memiliki kekuatan dan kekerasan yang cukup mendekati dengan sampel RT-1
maupun RD-3 dengan ketahanan SCC yang secara signifikan lebih baik sehingga
dinilai memiliki kombinasi sifat mekanik dan ketahanan SCC terbaik.