Konsep desa wisata mulai dipandang sebagai upaya meningkatkan ekonomi daerah
serta kondisi kehidupan masyarakat pedesaan. Smart village merupakan konsep
pembangunan desa yang dapat memberikan manfaat untuk masyarakat dalam
membangun peluang lokal dan pembangunan jangka panjang desa. KSPK Perkotaan
Garut berjarak dekat dengan perencanaan dan proses pembangunan lintas tol sehingga
berpeluang mendatangkan wisatawan datang ke desa wisata di KSPK Perkotaan Garut.
KSPK Perkotaan Garut juga sudah mengalami kemudahan akses dengan adanya
Stasiun Kereta Api Garut Kota dengan tarif yang terjangkau. Penerapan konsep
pariwisata cerdas pada desa-desa di KSPK Perkotaan Garut tersebut menjadi penting
diterapkan untuk pembangunan pedesaan yang berkelanjutan. Pemerintah Kabupaten
Garut memasarkan dan mengunggulkan desa wisata yang ada dan dituangkan dalam
Rencana Strategis Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Tahun 2019-2024, dikarenakan
Pemerintah Kabupaten Garut ingin terus mengembangkan kreativitas masyarakat dan
potensi desa, serta ekonomi desa yang ada. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji
kesiapan 5 (lima) desa wisata di KSPK Garut untuk mewujudkan konsep pariwisata
cerdas yaitu Desa Wisata Saung Ciburial, Desa Wisata Pasawahan, Desa Wisata
Guntur Vulkano, Desa Wisata Dayeuh Manggung, dan Desa Wisata Sindang Kasih.
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan menggunakan metode
deskriptif kualitatif yang berdasar filsafat postpositivisme, dimana peneliti sebagai
instrument kunci dan pengumpulan data dilakukan dengan triangulasi berupa field
research, scrapping data dan studi literatur. Analisis pada penelitian ini bersifat
induktif dan hasil penelitian lebih menekankan makna. Teknik analisis data yang
digunakan pada penelitian ini adalah analisis isi (content analysis), dan analisis
komparasi dalam melihat gap perbandingan antara persepsi Pemerintah Kabupaten
Garut, persepsi wisatawan nusantara di media sosial (google review), dan kondisi
eksisting desa wisata di KSPK Perkotaan Garut berdasarkan 8 (delapan) komponen
smart village. Terdapat analisis tambahan yaitu dengan mengadopsi dari metode
pentagram LINKS untuk melihat keterkaitan antar komponen smart village dalam
merumuskan rekomendasi. Grand theory pada penelitian ini menggunakan 8 (delapan)
komponen smart village. Hasil dari penelitian ini menunjukkan KSPK Perkotaan Garut
belum sepenuhnya teridentifikasi smart village, pada penilaian media sosial wisatawanii
lebih berfokus pada penilaian masyarakat dan aktivitas tetapi tidak berfokus pada 8
(delapan) komponen desa wisata secara utuh. Dari hasil penelitian dapat disimpulkan
bahwa 3 dari 5 desa yang masuk dalam lingkup penelitian belum memenuhi 8
komponen smart village yaitu Desa Wisata Pasawahan, Desa Wisata Guntur Vulkano,
dan Desa Wisata Dayeuh Manggung. 2 (dua) desa wisata tersebut baik dalam
pengembangan, pengelolaan dan dalam keterkaitan antar komponen smart village
dapat dijadikan sebagai desa percontohan untuk desa wisata lainnya dalam
meningkatkan keberlangsungan ekonomi lokal, meningkatkan kondisi kehidupan
masyarakat pedesaan, dan membuka peluang untuk melakukan evaluasi warisan
budaya. Jika dikaitkan dengan skala desa wisata yang dicetuskan oleh Kementerian
Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, 2 (dua) desa wisata tersebut dapat disimpulkan sudah
dalam tahap skala maju yaitu masyarakat sepenuhnya sadar akan potensi wisata, sudah
menjadi destinasi wisata, sarana dan prasarana sudah memadai, masyarakat mampu
mengelola, masyarakat mampu memanfaatkan dana desa, dan pengelolaan desa
berdampak pada peningkatan ekonomi lokal. Salah satu rekomendasi yang diberikan
terkait hal tersebut adalah Pemerintah Kabupaten Garut dapat mengembangkan
pembinaan dan pengelolaan serta dapat melakukan kewajiban dan komunikasi yang
baik antara pengelola desa wisata dengan Pemerintah Kabupaten Garut.