digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Konsep desa wisata mulai dipandang sebagai upaya meningkatkan ekonomi daerah serta kondisi kehidupan masyarakat pedesaan. Smart village merupakan konsep pembangunan desa yang dapat memberikan manfaat untuk masyarakat dalam membangun peluang lokal dan pembangunan jangka panjang desa. KSPK Perkotaan Garut berjarak dekat dengan perencanaan dan proses pembangunan lintas tol sehingga berpeluang mendatangkan wisatawan datang ke desa wisata di KSPK Perkotaan Garut. KSPK Perkotaan Garut juga sudah mengalami kemudahan akses dengan adanya Stasiun Kereta Api Garut Kota dengan tarif yang terjangkau. Penerapan konsep pariwisata cerdas pada desa-desa di KSPK Perkotaan Garut tersebut menjadi penting diterapkan untuk pembangunan pedesaan yang berkelanjutan. Pemerintah Kabupaten Garut memasarkan dan mengunggulkan desa wisata yang ada dan dituangkan dalam Rencana Strategis Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Tahun 2019-2024, dikarenakan Pemerintah Kabupaten Garut ingin terus mengembangkan kreativitas masyarakat dan potensi desa, serta ekonomi desa yang ada. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji kesiapan 5 (lima) desa wisata di KSPK Garut untuk mewujudkan konsep pariwisata cerdas yaitu Desa Wisata Saung Ciburial, Desa Wisata Pasawahan, Desa Wisata Guntur Vulkano, Desa Wisata Dayeuh Manggung, dan Desa Wisata Sindang Kasih. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan menggunakan metode deskriptif kualitatif yang berdasar filsafat postpositivisme, dimana peneliti sebagai instrument kunci dan pengumpulan data dilakukan dengan triangulasi berupa field research, scrapping data dan studi literatur. Analisis pada penelitian ini bersifat induktif dan hasil penelitian lebih menekankan makna. Teknik analisis data yang digunakan pada penelitian ini adalah analisis isi (content analysis), dan analisis komparasi dalam melihat gap perbandingan antara persepsi Pemerintah Kabupaten Garut, persepsi wisatawan nusantara di media sosial (google review), dan kondisi eksisting desa wisata di KSPK Perkotaan Garut berdasarkan 8 (delapan) komponen smart village. Terdapat analisis tambahan yaitu dengan mengadopsi dari metode pentagram LINKS untuk melihat keterkaitan antar komponen smart village dalam merumuskan rekomendasi. Grand theory pada penelitian ini menggunakan 8 (delapan) komponen smart village. Hasil dari penelitian ini menunjukkan KSPK Perkotaan Garut belum sepenuhnya teridentifikasi smart village, pada penilaian media sosial wisatawanii lebih berfokus pada penilaian masyarakat dan aktivitas tetapi tidak berfokus pada 8 (delapan) komponen desa wisata secara utuh. Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa 3 dari 5 desa yang masuk dalam lingkup penelitian belum memenuhi 8 komponen smart village yaitu Desa Wisata Pasawahan, Desa Wisata Guntur Vulkano, dan Desa Wisata Dayeuh Manggung. 2 (dua) desa wisata tersebut baik dalam pengembangan, pengelolaan dan dalam keterkaitan antar komponen smart village dapat dijadikan sebagai desa percontohan untuk desa wisata lainnya dalam meningkatkan keberlangsungan ekonomi lokal, meningkatkan kondisi kehidupan masyarakat pedesaan, dan membuka peluang untuk melakukan evaluasi warisan budaya. Jika dikaitkan dengan skala desa wisata yang dicetuskan oleh Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, 2 (dua) desa wisata tersebut dapat disimpulkan sudah dalam tahap skala maju yaitu masyarakat sepenuhnya sadar akan potensi wisata, sudah menjadi destinasi wisata, sarana dan prasarana sudah memadai, masyarakat mampu mengelola, masyarakat mampu memanfaatkan dana desa, dan pengelolaan desa berdampak pada peningkatan ekonomi lokal. Salah satu rekomendasi yang diberikan terkait hal tersebut adalah Pemerintah Kabupaten Garut dapat mengembangkan pembinaan dan pengelolaan serta dapat melakukan kewajiban dan komunikasi yang baik antara pengelola desa wisata dengan Pemerintah Kabupaten Garut.