digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

COVER Asla Sonia
PUBLIC Roosalina Vanina Viyazza

BAB 1 Asla Sonia
PUBLIC Roosalina Vanina Viyazza

BAB 2 Asla Sonia
PUBLIC Roosalina Vanina Viyazza

BAB 3 Asla Sonia
PUBLIC Roosalina Vanina Viyazza

BAB 4 Asla Sonia
PUBLIC Roosalina Vanina Viyazza

BAB 5 Asla Sonia
PUBLIC Roosalina Vanina Viyazza

PUSTAKA Asla Sonia
PUBLIC Roosalina Vanina Viyazza

Revolusi Big Data terus terjadi dan menyebabkan lingkungan binsis menjadi lebih kompetitif, termasuk dalam persaingan pemasaran produk menggunakan social medIa yang merupakan bentuk dari social media marketing. MarkPlus Institute yang merupakan salah satu penyedia jasa pelatihan untuk B2B dan B2C. Salah satu produk andalannya adalah Education Executive Program (EEP) yang merupakan program pelatihan untuk para eksekutif dan pemilik bisnis. Produk tersebut dipasarkan oleh MarkPlus Institute melalui media sosial, diantaranya adalah LinkedIn dan Instagram.Tingginya pengguna media sosial menimbulkan peluang bagi perusahaan untuk memperluas jangkauan informasinya. Salah satu cara identifikasi persebaran informasi dapat dilakukan dengan information diffusion. Perhitungan information diffusion dengan jaringan liking dapat dilakukan dengan menggunakan model Social Network Analysis (SNA) dan juga epidemi Susceptible-Infected (SI). SNA diadopsi untuk melihat network dan key player dari persebaran informasi, serta melihat proporsi aktor yang terekspos oleh informasi produk. Sedangkan SI digunakan untuk melihat kecepatan waktu yang dibutuhkan oleh informasi dalam mencapai fraksi tertentu. Dengan membandingkan performa dari dua social media, didapatkan hasil bahwa proporsi aktor pada Instagram didominasi oleh target pasar produk EEP, seperti business owner dan marketing enthusiast. Sedangkan pada LinkedIn actornya didominasi oleh karyawan dari MarkPlus itu sendiri. Dari segi kecepatan, Instagram mampu menyebarkan informasi 2.02 kali lebih cepat dibandingkan LinkedIn.