digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

COVER Amadea Rahmadita
PUBLIC Roosalina Vanina Viyazza

BAB 1 Amadea Rahmadita
PUBLIC Roosalina Vanina Viyazza

BAB 2 Amadea Rahmadita
PUBLIC Roosalina Vanina Viyazza

BAB 3 Amadea Rahmadita
PUBLIC Roosalina Vanina Viyazza

BAB 4 Amadea Rahmadita
PUBLIC Roosalina Vanina Viyazza

BAB 5 Amadea Rahmadita
PUBLIC Roosalina Vanina Viyazza

PUSTAKA Amadea Rahmadita
PUBLIC Roosalina Vanina Viyazza

Antara tahun 2000 dan 2010, Society for Petroleum Engineers (SPE) memperkirakan bahwa 231.000 tahun pengalaman dan pengetahuan kumulatif akan hilang dari industri dalam 10 tahun ke depan karena pensiunnya insinyur perminyakan dan staf teknis lainnya. Untuk mengatasi kesulitan ini, manajemen pengetahuan telah muncul sebagai metode utama. Penelitian ini menyelidiki strategi, alat, dan proses yang diterapkan untuk berhasil menangkap, mengatur, dan berbagi pengetahuan di seluruh organisasi melalui analisis menyeluruh terhadap inisiatif KM yang dilakukan oleh Big Red. Mempertimbangkan keadaan tersebut, perusahaan perlu memperbaiki sistem manajemen pengetahuan untuk mengelola pengetahuan, yaitu melalui penerapan sistem Manajemen Pengetahuan. Dalam melakukan ini, penelitian didasarkan pada dua pertanyaan penelitian. Yang pertama adalah bagaimana tingkat kematangan Manajemen Pengetahuan saat ini di Divisi Operasi di Big Red, khususnya di Testing and Subsea, dan yang kedua adalah Apa rencana implementasi manajemen pengetahuan yang dapat disarankan terkait dengan proses manajemen pengetahuan yang diusulkan setelah mengetahui tingkat kematangan manajemen pengetahuan di Perusahaan Big Red. Kedua pertanyaan penelitian ini akan dijawab dengan menggunakan teori-teori yang berkaitan dengan pengetahuan, manajemen pengetahuan, dan dua kerangka manajemen pengetahuan, yaitu APO (Asian Productivity Organization) Knowledge Management Framework and Socialization, Externalization, Combination, Internalization (SECI). Karena metode kualitatif digunakan dalam penelitian ini, data dikumpulkan melalui wawancara, yang kemudian dianalisis menggunakan analisis tematik. Hasil pengumpulan data menunjukkan bahwa terdapat beberapa isu terkait APO KM Framework dan SECI framework. Permasalahan tersebut mulai dari terbatasnya divisi Testing dan Subsea, yaitu di Divisi Operasi, kurangnya proses knowledge sharing di dalam dan antar tim, minimnya transfer knowledge yang tepat, sulitnya mengakses pengetahuan dan informasi karena akses manual, dan lain-lain. Melalui pemanfaatan kerangka kerja APO KM dan kerangka kerja SECI, penulis mampu merancang sistem manajemen pengetahuan dengan merumuskan beberapa alat. Untuk proses implementasi sistem manajemen pengetahuan, akan dibagi menjadi 5 (lima) tahap: Persiapan, Identifikasi, Pengembangan, Implementasi dan Evaluasi untuk memastikan bahwa sistem manajemen pengetahuan diterapkan secara efektif, dampaknya dapat diukur, dan area untuk perbaikan dapat diidentifikasi untuk membuat perubahan yang diperlukan.